Pesta St. Stefanus, Martir

Pesta St. Stefanus, Martir
(Pe. Matias da Costa, SVD)

Bacaan I: Kis. 6:8-10;7:54-59
Bacaan Injil: Mat. 10:17-22

Kata Pengantar
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Perayaan Natal kedua menurut kebiasaan penyebutan kita untuk tanggal 26 Desember atau sehari sesudah pesta kelahiran Tuhan Yesus, sebenarnya adalah perayaan peringatan martir pertama dalam Gereja kita, yaitu St. Stefanus. Dia adalah seorang diakon, yang mati sebagai martir kira-kira pada tahun 34 Masehi, karena membela imannya akan Allah. Itu berarti kematian St. Stefanus adalah setahun sesudah peristiwa sengsara, penyaliban, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus.

Bagaimana kita bisa memaknai peristiwa kematian St. Stefanus ini dalam hubungan dengan sukacita kelahiran Tuhan Yesus atau peringatan Natal kemarin? Tentu hal ini tidak mudah untuk dijelaskan, tetapi dalam nada iman kita harus mengakui bahwa kematian St. Stefanus ini karena imannya akan Tuhan kita Yesus Kristus yang telah lahir bagi kita sebagai Penebus atau Juruselamat. St. Stefanus melihat kemuliaan Allah, dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.  

Marilah kita menyiapkan diri untuk merayakan ekaristi kudus ini, dengan terlebih dahulu memohon ampun atas segala salah dan dosa kita.

Renungan
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Kemarin kita merayakan sukacita kelahiran seorang anak, Sang Juruselamat, Tuhan kita Yesus Kristus; hari ini situasinya seperti terbalik, karena kita merayakan kematian tragis seorang yang tulus hati membela imannya, yaitu St. Stefanus, martir pertama dalam Gereja Katolik. Dalam perayaan liturgy Gereja hari ini, kita perlu memahami bahwa kelahiran Tuhan Yesus juga yang menghantar Stefanus kepada kematian. Ini perlu kita pikirkan dalam bingkai pemahaman yang positif, dalam bingkai iman kita. St. Stefanus dihukum mati, dengan cara dirajam atau dilempari batu, karena imannya akan Tuhan kita Yesus Kristus. St. Stefanus melihat kemuliaan Allah, dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.

St. Lukas, yang adalah juga penulis Kisah Para Rasul, menggambarkan kematian St. Stefanus dengan menekankan dua bentuk doa yang keluar dari mulutnya, sebuah doa penyerahan, yaitu “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku”, dan sebuah doa permohonan untuk para pembunuhnya, yang tidak dibacakan tadi dalam bacaan pertama, yaitu “Tuhan, jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka”. Dengan doa permohonan ini, St. Stefanus kemudian meninggal dunia.

St. Lukas sebelumnya menulis juga kematian Tuhan Yesus dengan dua bentuk doa tersebut, yaitu sebuah doa penyerahan, “Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan jiwaKu”, dan sebuah doa permohonan untuk para pembunuhnya, “Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Doa Yesus ini, di saat penderitaanNya di kayu salib ditujukan kepada Bapa, sedangkan doa St. Stefanus ketika ia dirajam ditujukan kepada Kristus yang bangkit. Kanak-kanak Yesus kini adalah Tuhan yang bangkit dan kita bisa berdoa kepadaNya seperti kita berdoa kepada Bapa.

Dalam Gereja, kita sering berdoa kepada Bapa melalui pengantaraan Yesus, tetapi kita juga diundang untuk bisa berdoa langsung kepada Yesus. Kematian St. Stefanus sama seperti kematian Tuhan Yesus, karena ia dipenuhi dengan Roh Kudus. Kita juga telah dianugerahi dengan Roh Kudus yang sama, dan Roh kudus itulah menguatkan kita semua untuk hidup seperti Yesus dan mati seperti Yesus. Pada pesta St. Stefanus, Martir ini, kita berdoa untuk semangat baru, pembaruan Roh Kudus dalam hidup kita.

Tuhan memberkati kita sekalian! 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar