Hari Minggu Biasa III, Tahun B

Bertobatlah Dan Percayalah Kepada Injil!
(Pe. Matias da Costa, SVD)

Bacaan I: Yun. 3:1-5.10
Bacaan II: 1Kor. 7:29-31
Bacaan Injil: Mrk. 1:14-20

Kata Pengantar
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Hari ini kita memasuki hari Minggu Biasa III. Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita untuk memberikan kesaksian iman yang kuat dan berdaya dalam hidup dan karya perutusan kita masing-masing. Kita sekalian diminta untuk terlibat bersama Allah dalam menghadirkan kerajaanNya di dunia ini, dengan senantiasa menyerukan pertobatan dan ajakan untuk percaya kepada Injil, pertama-tama untuk diri kita sendiri dan kemudian kepada sesama di sekitar kita. Sebab hidup kita di dunia ini hanya sementara. Dunia yang kita kenal sekarang ini akan berlalu. Hanya dengan bertobat dan percaya kepada injil, maka kita dapat memiliki kewarga-negaraan surgawi, yaitu tanah air sejati yang akan dianugerahkan Tuhan kepada kita bertobat dan percaya kepadaNya.

Marilah kita menyiapkan diri untuk memulai perayaan Ekaristi kudus ini, sambil terlebih dahulu menyesali dan memohon ampun atas segala kelalaian dan dosa kita.



Renungan
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Penginjil Markus hari ini menceriterakan bagaimana Yesus memulai karya perutusanNya di Galilea setelah Yohanes Pembaptis ditangkap. Yesus mewartakan kabar gembira tentang permulaan kegenapan waktu, yaitu tentang kerajaan Allah sudah dekat dan ajakan supaya bertobat serta percaya kepada Injil. Kemudian, Yesus juga memanggil beberapa murid untuk turut terlibat besama denganNya, yaitu hidup dan bekerja bersama denganNya untuk mewartakan pertobatan dan kabar gembira kedatangan Kerajaan Allah itu.

Menarik untuk kita renungkan, bahwa sebelum kita mendengar seruan Yesus, “Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”, kita terlebih dahulu disuguhkan dengan ceritera tentang nabi Yunus yang diutus Tuhan untuk menyerukan pertobatan di Niniwe, yaitu sebuah kota bukan Yahudi, bukan di Israel, tetapi penduduk di kota langsung percaya kepada Tuhan dan bertobat.

Dibandingkan dengan masa Yesus, seruan pertobatan itu tidak langsung ditanggapi oleh semua orang di Galilea, melainkan hanya oleh beberapa orang yang rela meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus, yaitu Simon dan Andreas, serta Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus. Padahal yang menyerukan pertobatan dan ajakan untuk percaya kepada Injil itu adalah Putera Allah sendiri. Dan tempat pewartaanNya adalah di Israel, yang notabene adalah bangsa pilihan Tuhan. Namun itulah kenyataan yang terjadi pada waktu itu, bahwa bangsa yang sebelumnya tidak mengenal Tuhan kemudian berbalik bertobat dan percaya kepada Tuhan, sedangkan bangsa yang sebenarnya sudah mengenal Tuhan tetapi seakan-akan menutup telinga terhadap seruan pertobatan dan pewartaan Injil dari Putera Allah sendiri.

Situasi atau kondisi ini juga yang sebenarnya terjadi pada masa sekarang ini, pada masa kita juga, atau yang lebih trendnya dengan istilah atau sebutan “zaman now”. Bahwa pewartaan Tuhan Yesus, yang mengajak kita untuk bertobat dan percaya kepada Injil masih belum ditanggapi secara serius. Bahkan oleh orang-orang yang sudah dibaptis dan menerima sakramen-sakramen di dalam Gereja, namun perilaku hidupnya masih jauh dari kehendak Tuhan.


Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
St. Paulus dalam bacaan kedua tadi juga mengingatkan kita, bahwa hidup kita di dunia ini hanya sementara saja, dunia yang kita kenal sekarang ini akan berlalu.  Oleh karena itu, kita perlu bertobat dan memikirkan pula hal-hal surgawi, tentang hidup sesudah hidup di dunia ini seperti yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus sendiri.
***
Mengapa kita perlu bertobat terus-menerus dan memperbaharui iman atau kepercayaan kita kepada Tuhan? Karena pertobatan itu merupakan sebuah proses.
Kata bertobat digunakan Alkitab untuk menggambarkan awal perubahan rohani yang sejati. Seorang ahli bahasa, W. E. Vine, mengartikan bertobat sebagai "perubahan pikiran atau tujuan seseorang". Dalam Perjanjian Baru, pertobatan selalu melibatkan perubahan ke arah yang lebih baik yaitu ketika seseorang meninggalkan dosa dan berpaling kepada Allah. Saat kita menyesal karena melakukan kesalahan atau karena tertangkap setelah berbuat salah, perasaan ini hanyalah sekadar kosmetik rohani. Pertobatan yang sejati terjadi di lubuk hati kita yang terdalam dan membuahkan perbedaan yang nyata dalam perbuatan kita. Ketika kita berpaling kepada Kristus dan menyerahkan diri kepadaNya, Dia akan mengadakan perubahan yang sejati dalam diri kita, bukan sekadar perubahan tambal sulam (David McCasland).
***
Memang harus diakui bahwa kita ini manusia lemah, yang seringkali lalai dan berbuat dosa. Namun bagaimanapun sebagai orang beriman Katolik, kita hendaknya terus mendengarkan seruan pertobatan dan ajakan percaya kepada Injil yang diwartakan Tuhan Yesus kepada kita. Sebab Kerajaan Allah yang sudah dekat, yang kita dambakan atau impikan untuk tinggal di dalamnya sesudah beralih dari dunia ini, hanya bisa kita peroleh jika kita sungguh-sungguh bertobat dan percaya kepada Injil.

Ada sebuah ceritera lelucon, tetapi nilai kritiknya mendalam sekali untuk kita. Bunyinya seperti ini, “Cita-cita masuk surga, tetapi malas berdoa dan hari Minggu tidak pergi ke Gereja. Memangnya sampeyan punya orang dalam?” Lelucon ini adalah sebuah tamparan untuk kita semua yang merasa diri orang Katolik, tetapi perilaku hidupnya seperti bukan orang beriman. Kita dipersilahkan untuk memeriksa diri kita masing-masing, sudahkah saya rajin berdoa? Sudahkah saya rajin ke Gereja? Kalau belum atau kadang-kadang saja, maka saat ini adalah saat yang tepat untuk membarui hidup kita. Tuhan Yesus sekali lagi menyapa saya dan anda untuk bertobat dan mengajak kita untuk percaya kepada Injil yang harus dibuktikan dengan kerajinan kita berdoa dan pergi ke Gereja untuk merayakan Ekaristi kudus pada hari Minggu dan hari-hari Raya yang disamakan dengan hari Minggu. Selain itu, pertobatan dan ungkapan kepercayaan kita kepada Injil juga harus disertai dengan melakukan banyak perbuatan kasih, terhadap diri sendiri maupun terhadap sesama di sekitar kita. Itulah tuntutan menyeluruh dari seruan pertobatan dan percayalah kepada Injil yang diwartakan Tuhan Yesus kepada kita.

Proses pertobatan ini mungkin akan berlangsung sepanjang umur hidup kita di dunia ini. Tetapi kalau kita bersedia menjalaninya, maka Tuhan Yesus pasti akan membantu kita melewati masa pertobatan itu dengan baik. Yang diharapkan dari kita adalah kesedian dan kesungguhan hati untuk memulai proses pertobatan itu terus-menerus di dalam hidup kita, maka pada akhirnya kita akan menikmati buah-buah pertobatan itu di dalam hidup kita, sekarang dan sesudah hidup di dunia ini.

Tuhan memberkati kita sekalian!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar