Hari Raya Santa Maria, Bunda Allah

Sta. Maria, Bunda Allah, Doakanlah Kami!
(Pe. Matias da Costa, SVD)

Bacaan I: Bil. 6:22-27
Bacaan II: Gal. 4:4-7
Bacaan Injil: Luk. 2:16-21

Kata Pengantar
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!Selamat tahun Baru 2018! Pada tanggal 1 Januari ini Gereja Katolik sebenarnya tidak hanya sekadar merayakan Tahun Baru, tetapi juga menghormatinya sebagai Hari Raya Santa Maria, Bunda Allah. Gereja mengajak kita semua untuk menghormati keibuan Ilahi Santa Maria, Bunda Yesus Kristus. Melalui Bunda Maria, Sang Sabda memperoleh kedagingan manusia. Melalui Bunda Maria, Allah yang tidak terlihat menjadi terlihat bagi kita, umatNya.

Pada hari ini juga dengan bantuan doa Santa Maria, Bunda Allah, kita berdoa bagi perdamaian dunia. Marilah kita menyiapkan diri untuk merayakan Ekaristi Kudus berahmat ini, dengan terlebih dahulu menyucikan hati, menyesali kelalaian dan dosa kita.

Renungan
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Bacaan-bacaan suci yang diperdengarkan kepada kita di awal tahun yang baru ini, mengajak kita untuk merenungkan bagaimana Tuhan memberkati hidup kita, meskipun terkadang kita lupa atau lalai bersyukur kepadaNya.

Dalam bacaan pertama dari kitab Bilangan, Tuhan sendiri berfirman bahwa Ia memberikan jaminan keselamatan melalui berkatNya; Tuhan memberkati, melindungi, memberi damai sejahtera, dan memelihara umatNya. Kita yang hadir di sini adalah juga umatNya. Dalam memasuki tahun yang baru ini, kita sekalian diingatkan kembali, bahwa kita juga diberkati Tuhan dan kita diminta untuk menghayati berkat Tuhan itu dalam hidup kita masing-masing sesuai dengan jati diri kita sebagai putera dan puteriNya.

Dalam bacaan Injil, berkat Tuhan itu sudah nyata dengan lahirnya Yesus, Sang Juruselamat kita. Kelahiran Sang Penebus yang menjadi berkat bagi kita ini tidak terlepas juga dari kerelaan hati seorang ibu untuk mengandung dan seorang bapak untuk mengasuh, yaitu Bunda Maria dan St. Yosef. Melalui kedua pribadi sederhana dan beriman ini, Tuhan menyatakan berkatNya yang sempurna bagi kita. Kelahiran Yesus, Juruselamat kita, yang didampingi oleh Bunda Maria dan St. Yosef ini hendaknya membawa sukacita dalam hidup kita, seperti para gembala yang sesudah mendapati Maria dan Yusuf serta Bayi yang terbaring di dalam palungan, kembali sambil memuji dan memuliakan Allah.

Dengan demikian, sudah selayaknya kita hidup sebagai anak-anak Allah yang baik sesuai dengan janji baptis kita, sehingga kita senantiasa hidup dalam berkat Tuhan dan pantas menjadi ahli waris Kerajaan Allah, seperti diingatkan dalam bacaan kedua hari ini dari Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia.

Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Di awal tahun yang baru ini, Gereja juga mengundang kita semua untuk tidak hanya sekadar merayakan peristiwa ini sebagai pergantian tahun biasa dalam penanggalan masehi, yaitu dari tahun lama berganti kepada sebuah tanggal di awal tahun yang baru, melainkan lebih dari itu kita semua diundang untuk memasuki Tahun Baru ini dengan memohon doa dan penyertaan Santa Maria, Bunda Allah, dan Bunda kita-Bunda Gereja, sehingga kita mampu mengarungi seluruh hari dalam tahun yang baru ini dengan sebaik-baiknya.

Gereja secara khusus menghormati Santa Maria sebagai Bunda Allah atau Theotokos, karena Yesus Putera yang dikandung dan dilahirkannya adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam konsili Efesus pada tahun 431 dan kemudian diteguhkan lagi dalam Konsili Kalsedon pada tahun 451.

Bunda Maria adalah pribadi yang sangat akrab dengan umat beriman, sangat dekat dengan kita, karena selain sebagai Bunda Allah, ia juga adalah ibu. Ada sebuah pengalaman rohani dari seorang teolog apologet bernama Scott Hahn ketika meragukan status Santa Perwan Maria sebagai Bunda Allah. Sebelumnya Scott Hahn ini adalah seorang jemaat Kalvinis dari aliran Protestan dan menganggap dirinya seperti Saulus atau Paulus yang pada mulanya menganiaya Gereja perdana, demikian dia juga menganiaya Bunda Maria. Semakin lama ia menganiaya Bunda Maria, ia juga merasa semakin mencintainya. Selama bertahun-tahun ia menilai ajaran katolik tentang Bunda Maria dan devosi kepadanya sebagai penyakit yang mematikan di dalam diri orang katolik. Ia menilai orang katolik telah melecehkan  karya sempurna Yesus Kristus dan merampas kemuliaanNya. Tetapi ketika ia mendalami hidup Bunda Maria, ia menemukan bahwa ternyata Bunda Maria adalah karya sempurna Yesus Kristus dan pewahyuan teragung kemuliaanNya. Ia tidak lagi mencuri kemuliaan sang Putera, seperti bulan juga tidak mencuri sinar matahari.

Pengalaman rohani Scott Hahn ini hendaknya menyadarkan kita bahwa Bunda Maria adalah sungguh Bunda Allah, yang bisa membantu kita dalam segala situasi hidup kita layaknya seorang ibu yang bertanggung jawab, selalu memperhatikan kebutuhan anak-anaknya. Kita mungkin pernah mendengar pepatah ini, Ad Jesum Per Mariam (Menuju Yesus melalui Bunda Maria). Marilah kita membuka hati, membuka diri dan hidup kita, memasuki tahun 2018 ini dengan bersedia diantar oleh Bunda Maria kepada Sang Juruselamat kita, Tuhan Yesus Kristus. Semoga semua angan dan cita-cita yang hendak kita raih di tahun yang baru ini, dan harapan perdamaian dunia bisa tercapai atas berkat Tuhan.

Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami! Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar