Hari Minggu Biasa V, Tahun B

Mewartakan Injil Tuhan Melalui Kata Dan Perbuatan Sehari-hari
(Pe. Matias da Costa, SVD)

Bacaan I: Ayb. 7:1-4.6-7
Bacaan II: 1Kor. 9:16-19.22-23
Bacaan Injil: Mrk. 1:29-39

Kata Pengantar
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Selamat memasuki hari Minggu Biasa V dalam tahun liturgi B. Dalam perayaan Ekaristi ini, kita diundang untuk merenungkan Sabda Tuhan dan menyambut Tubuh dan Darah Kristus yang menjadi sumber kekuatan hidup beriman kita. Kita perlu ingat bahwa kita sekalian yang sudah dibaptis dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, dipilih dan diutus untuk merasul, mewartakan Injil Tuhan melalui kata dan perbuatan kita sehari-hari. Untuk itu, kita butuh peneguhan Sabda Tuhan dan Tubuh dan Darah Kristus secara terus-menerus, sehingga kita bisa menghayati dan menjalankan tugas mulia perutusan itu dengan sebaik-baiknya.

Marilah kita menyiapkan hati dan budi kita untuk merayakan Ekaristi kudus ini, dengan terlebih dahulu menyucikan diri, menyesali segala kelalaian dan dosa kita di hadapan Tuhan.  

Renungan
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Kita semua tentu mengenal siapa itu Ayub yang diceriterakan dalam bacaan pertama hari ini. Dia adalah teladan orang saleh pada zamannya, yang meskipun diterpa dengan berbagai persoalan hidup dan penderitaan, namun ia tetap beriman bahwa Tuhan itu baik. Bahkan ketika penderitaannya memuncak sekalipun, yaitu saat menyaksikan anak-anaknya mati satu per satu secara mendadak, Ayub tetap pasrah kepada kehendak Tuhan. Ia menyerah kepada Tuhan karena imannya. Sedikit pun ia tidak mempersalahkan Tuhan. Iman Ayub itu sungguh luar biasa.

Dalam bacaan pertama tadi, kita hanya mendengar sebagian kecil kisah tentang Ayub yang dalam keprihatinannya berbicara kepada sahabatnya yang berusaha menghiburnya (sahabat Ayub ada 3, yaitu Elifas, Bildad, dan Zofar. Bdk. Ayb. 2:11). Ayub berbicara tentang arti kehidupan yang belum mereka pahami. Ayub menuturkan bahwa hidup itu memang berat. Untuk hidup manusia perlu berjuang. Terkadang dengan segala cobaan dan penderitaan yang dialami, perjuangan untuk mempertahankan kehidupan itu pun tampak seperti sia-sia belaka. Namun jauh di lubuk hatinya, Ayub sebenarnya mau mengatakan kepada para sahabatnya bahwa hidup dan perjuangan untuk mempertahankan kehidupan itu tetap ada upahnya. Atau dengan kata lain, setelah melewati semua perjuangan untuk mempertahankan kehidupan itu, manusia pasti akan mendapat imbalannya. Hal itulah yang sungguh disadari Ayub ketika ia berkata, “Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? Seperti seorang budak yang merindukan naungan, seperti orang upahan yang menanti-nantikan upahnya…”. Dengan perkataan itu, Ayub sebenarnya sedang memaknai kehidupannya sendiri. Ayub beriman bahwa tuan kehidupan itu adalah Tuhan dan bahwa setelah melewati berbagai persoalan, penderitaan, dan duka cita yang dialaminya, ia akan menerima upah penghiburan dari Tuhan sendiri. Oleh karena itu, Ayub berusaha meyakinkan para sahabatnya bahwa meskipun hidup itu berat, namun hidup itu sebenarnya tidak sia-sia apabila manusia selalu menyadari kehadiran Tuhan di dalamnya. Itulah Injil atau kabar gembira yang mau diwartakan oleh Ayub melalui perkataannya, meskipun dalam keadaan hidup yang sangat terpuruk. Dan Ayub mewartakan itu bukan hanya dengan perkataan saja, tetapi juga dalam tindakan atau perbuatannya yang tetap teguh bertahan dalam segala situasi hidupnya.

Dalam bacaan Injil tadi, kita pun diingatkan kembali untuk mengambil bagian dalam tugas pewartaan Injil atau kabar gembira Tuhan itu melalui perkataan dan perbuatan kita, kapan dan di mana pun dan dalam situasi apa pun. Injil Markus tadi mengisahkan tentang Tuhan Yesus yang menyembuhkan ibu mertua Simon yang sakit demam dan banyak orang lain yang menderita sakit dan kerasukan setan. Karena mujizat-mujizat penyembuhan dan pengusiran setan itu, maka semua penduduk kota (Kapernaum) itu mencari Yesus dengan harapan bahwa mereka bisa menahan Yesus untuk tinggal tetap di antara mereka, seperti yang dikatakan para murid, “Semua orang mencari Engkau”. Tetapi jawaban Yesus menyadarkan para murid bahwa ke tempat lain pun, Ia harus mewartakan Injil. Itu berarti para murid pun memiliki tugas yang sama untuk mengikuti Yesus, bahwa ke tempat lain pun mereka harus mewartakan Injil atau kabar gembira Tuhan.

Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Satu hal yang patut dicatat dari hidup, kata dan perbuatan, Yesus dalam mewartakan Injil adalah Ia selalu berdoa. Tuhan Yesus berdoa, artinya berkomunikasi dengan Allah Bapa, untuk semakin memahami kehendakNya. Sebab itu, jawaban Tuhan Yesus, “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan supaya di sana juga Aku memberitakan Injil karena untuk itu Aku telah datang”, merupakan hasil dari doa, yang meneguhkan komitmenNya untuk mewartakan Injil sesuai kehendak Allah Bapa.

Bagi kita, setelah dibaptis, kita pun sudah dilantik untuk mengambil bagian dalam tugas perutusan Tuhan Yesus untuk mewartakan Injil, melalui kata dan perbuatan kita sehari-hari. Agar bisa menjalankan tugas mulia perutusan ini, maka Tuhan Yesus juga sudah mengajari kita hal penting sebelum kita berkata dan berbuat sesuatu dalam keseharian hidup kita, yaitu dengan terlebih dahulu berdoa. Doa adalah komunikasi pribadi dengan Tuhan, di mana kita bisa memohon, bersyukur dan juga bisa bertanya apa yang Tuhan kehendaki dari hidup dan karya kita. Sebab, entah apa pun status hidup kita, kita semua adalah sarana atau alat di tangan Tuhan untuk memaklumkan Injil atau kabar gembiraNya di tengah dunia ini, terutama di lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu, sebagai orang beriman kita harus sependapat dengan apa yang dikatakan St. Paulus dalam bacaan kedua tadi, “Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil”. Dalam situasi apa pun, kapan dan di mana pun, kita wajib mewartakan Injil atau kabar gembira Tuhan dengan perkataan dan perbuatan kita yang baik. Sekali lagi, patutlah kita semua camkan, “Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil”.

Marilah kita mewartakan Injil Tuhan melalui kata dan perbuatan kita sehari-hari. Tuhan memberkati hidup dan karya kita yang dibaktikan untuk InjilNya!     




Tidak ada komentar:

Posting Komentar