Mawas Diri Terhadap Dosa
(Pe. Matias da Costa, SVD)
Bacaan I: Im. 13:1-2.44-46
Bacaan II: 1Kor. 10:31 – 11:1
Bacaan Injil: Mrk. 1:40-45
Kata
Pengantar
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Selamat memasuki hari Minggu Biasa VI dalam
tahun liturgi B. Hari ini Gereja juga memperingati peristiwa Bunda Maria menampakkan
diri kepada Bernadette Soubirous di gua Masabielle, Lourdes, Prancis pada tahun
1858. Paus Yohanes Paulus II kemudian menetapkan tanggal 11 Februari sebagai
hari orang sakit sedunia (World Day of
the Sick). Kepada Bunda Maria, Bunda yang penuh kelembutan cinta, kita
percayakan semua orang yang menderita sakit jiwa-raga. Semoga Bunda Maria
menopang mereka dalam pengharapan. Dan kita sebagai orang-orang Katolik juga
dipanggil untuk melayani orang-orang sakit yang berada di sekitar kita,
sehingga orang-orang sakit pun bisa tetap mengalami sentuhan kasih Allah
melalui kata dan perbuatan kita yang baik. Kita adalah saluran kasih Allah kepada
mereka yang sedang mengalami sakit jiwa maupun raga.
Marilah kita menyiapkan diri untuk
merayakan Ekaristi Kudus ini, dengan terlebih dahulu menyesali segala kelalaian
dan dosa kita, terutama dosa pengabaian terhadap mereka yang menderita sakit di
sekitar kita.
Renungan
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Dalam bacaan pertama hari ini kita
mendengar tentang penyakit kusta dan perlakuan yang seharusnya diberikan terhadap
mereka yang menderita kusta. Secara medis, penyakit kusta boleh dibilang
penyakit yang menjijikkan, karena apabila sudah mencapai stadium lanjut,
benjolan-benjolan yang mula-mula terbentuk di sekujur tubuh akan mengeluarkan
nanah, rambut kepala dan alis dapat rontok, kuku menjadi goyah, membusuk, lalu
tanggal. Kemudian jari, anggota tubuh, hidung, atau mata korban yang digerogoti
penyakit ini perlahan-lahan membusuk dan si penderita pun akhirnya meninggal
dalam keadaan yang mengenaskan. Penyakit kusta ini juga adalah penyakit
berbahaya karena sifatnya menular atau bisa menjangkiti orang lain yang
bersentuhan atau berkontak dengan penderitanya.
Secara biblis atau berdasarkan catatan
Kitab Suci, penyakit kusta seperti yang dikisahkan dalam bacaan pertama tadi sebenarnya
bukan dilihat pertama-tama sebagai sebuah persoalan medis, tetapi sebagai sebuah
persoalan teologis, yaitu dipandang sebagai hukuman atas dosa tertentu yang
diperbuat. Penyakit kusta adalah simbol dosa. Oleh karena itu, yang bisa
memeriksa dan mengetahui adanya penyakit kusta ini adalah imam, bukan tabib; mereka
yang terkena kusta disebut najis, bukan sakit; dan ketika dinyatakan sudah
tidak ada kusta lagi disebut tahir, bukan sembuh.
Dari pemahaman teologis ini, maka kita bisa
memaklumi maksud dari bacaan pertama tadi, bahwa Tuhan bukan bertindak diskriminatif
terhadap orang yang menderita sakit kusta dalam pemahaman medis. Melainkan penyakit
ini juga bisa merupakan sebuah teguran dari Tuhan tentang perbuatan dosa
tertentu yang diperbuat.
Ada beberapa kasus dalam Perjanjian Lama
yang memperlihatkan bahwa penyakit kusta ini adalah teguran atau hukuman atas
perbuatan dosa. Salah satunya adalah kisah Myriam, yang dihukum dengan penyakit
kusta oleh Tuhan karena mengatai dan iri hati terhadap Musa (Bdk. Bil.
12:1-2.9-10). Peristiwa ini kemudian membuat orang Israel beranggapan bahwa
penyakit kusta adalah penyakit dari Tuhan. Pada masa itu, penyakit ini memang
belum ada obatnya, sehingga orang Israel percaya bahwa hanya Tuhan saja yang
bisa menyembuhkan penyakit tersebut secara ajaib.
Dan dalam bacaan Injil tadi, kita sudah
mendengar bagaimana seorang penderita kusta disembuhkan Tuhan Yesus. Seperti
orang Israel lainnya, penderita kusta itu juga pasti beranggapan bahwa penyakit
yang dideritanya sebagai akibat dosa yang diperbuat. Oleh karena itu, hanya
Tuhan saja yang bisa mentahirkannya. Dengan kesadaran itulah, ia datang kepada
Yesus dan berkata, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”. Penderita
kusta itu beriman bahwa Yesus bukan hanya sekadar manusia biasa, melainkan Ia
adalah Tuhan yang bisa memulihkan keadaannya. Karena pertobatan dan imannya itu,
Tuhan Yesus pun tergerak oleh belas-kasihan dan mentahirkannya.
Pesan bagi kita tentang “penyakit kusta”
sebagai simbol dosa adalah penyakit ini bisa juga menggerogoti hidup kita, diri
kita. Atau dengan kata lain, seandainya dosa yang menggerogoti hidup kita itu
bisa dilihat, maka dosa itu akan tampak seperti penyakit kusta: menjijikkan,
harus dijauhi, harus diasingkan. “Penyakit kusta” model ini juga sukar
ditahirkan atau dibersihkan apabila kita tidak rendah hati, tidak berlaku
seperti penderita kusta dalam bacaan Injil tadi, yang mau bertobat dan dengan
penuh iman memohon belas-kasihan Tuhan untuk mentahirkannya kembali.
Oleh karena itu, saudara-saudari terkasih,
kita diingatkan kembali melalui bacaan pertama dan bacaan Injil hari ini untuk mawas
diri terhadap dosa, lekas bertobat apabila kita tidak ingin mati dalam keadaan
berdosa. Pintu maaf Tuhan senantiasa terbuka bagi kita asalkan kita dengan
penuh iman mau memohon belas-kasihanNya untuk mentahirkan kita, membersihkan
kembali jiwa-raga kita. Dalam hal ini, Sakramen Tobat dalam Gereja sangat penting
untuk dirayakan sebagai sarana pentahiran diri kita. Sekali lagi, kita dihimbau
untuk setia menerima sakramen tobat ini sepanjang umur hidup kita, dengan
melakukan pengakuan pribadi, agar kita selalu dibersihkan dari noda-noda dosa
yang melekat dalam diri kita, yang menggerogoti hidup kita seperti penyakit
kusta.
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Selain mawas diri terhadap dosa, patutlah juga kita renungkan pada hari ini tentang
perhatian kita terhadap orang-orang yang benar-benar didiagnosa sakit secara
medis.
Di dalam Gereja, hari ini kita juga
merayakan hari orang sakit sedunia yang ke-26. Mengapa tanggal 11 Februari dipilih
dan ditetapkan sebagai hari orang sakit sedunia? Karena hari ini bertepatan
dengan peringatan penampakan Bunda Maria di Lourdes, yang terjadi 160 tahun
yang lalu. Setelah penampakan itu, banyak orang berziarah ke Lourdes dan berdoa
di sana. Banyak pula mujizat penyembuhan terjadi berkat pertolongan doa Bunda
Maria di Lourdes. Oleh karena itu, pemilihan tanggal 11 Februari sebagai hari
orang sakit sedunia bermakna mengikut-sertakan Bunda Maria dalam permohonan-permohonan
kita untuk kesembuhan dari berbagai penyakit yang diderita, baik fisik maupun
psikis.
Marilah kita bekerjasama dengan Bunda Maria
untuk menolong orang-orang sakit di sekitar kita. Seperti Tuhan Yesus sendiri
yang tergerak oleh belas-kasihan untuk menyembuhkan orang-orang sakit dalam
karya pelayananNya, kita pun dipanggil bersama dengan Bunda Maria untuk
melanjutkan karya misi Tuhan itu melalui hidup dan karya kita. Kita diminta
untuk melakukan perbuatan baik ini demi kemuliaan Allah, seperti yang
dinasihatkan St. Paulus dalam bacaan kedua tadi. Tuhan pasti memberkati hidup
dan karya kita yang dibaktikan demi kemuliaan namaNya! Amin.
Artikel Yang Menarik! Ayo daftarkan dirimu segera, hanya di DOMINOQQ ONLINE. Hanya dengan minimal dposit 25 ribu saja sudah bisa langsung main dan bisa dapat Jackpot yang besar. Ayo buruan daftarkam segera.
BalasHapusArtikel Yang Menarik! Ayo daftarkan dirimu segera, hanya di DOMINOQQ ONLINE. Hanya dengan minimal dposit 25 ribu saja sudah bisa langsung main dan bisa dapat Jackpot yang besar. Ayo buruan daftarkam segera.
BalasHapusArtikel Yang Menarik! Ayo daftarkan dirimu segera, hanya di DOMINOQQ ONLINE. Hanya dengan minimal dposit 25 ribu saja sudah bisa langsung main dan bisa dapat Jackpot yang besar. Ayo buruan daftarkam segera.
BalasHapus