Hari Minggu Palma, Tahun B

“Konsisten Dalam Beriman”
 (Pe. Matias da Costa, SVD)

Bacaan Injil: Mrk. 11:1-10
               ***
Bacaan I: Yes. 50:4-7
Bacaan II: Flp. 2:6-11
Bacaan Injil: Mrk. 14:1 – 15:47

Renungan Singkat (di luar Gereja)
Umat beriman yang terkasih!
Yesus tidak memasuki kota Yerusalem dengan menunggang kuda perang sebagaimana biasanya dilakukan seorang raja dunia. Ia masuk dengan menunggang seekor keledai untuk memperlihatkan bahwa Dia adalah seorang Pemimpin yang rendah hati. Tuhan Yesus tidak memegahkan diri, sekalipun dia Putera Allah, karena Ia mau memberi contoh kepada kita, bahwa menjadi seorang pemimpin atau seorang yang diberi tugas atau wewenang tertentu berarti harus tampil sederhana dan harus rela menjadi hamba bagi semua orang. Itulah spiritualitas dalam kepemimpinan Katolik. Menjadi seorang pemimpin berarti menjadi hamba bagi sekalian orang yang dilayani.

Selain memberi teladan kepemimpinan sejati, dengan sikap itu Tuhan Yesus sudah mengantisipasi penderitaan dan siksaan yang akan menimpa diriNya di kota itu pada hari terakhir di Minggu yang sama. Di antara mereka yang melambaikan daun-daun palma untuk menghormatiNya dan mereka yang menyerukan, “Hosana Putera Daud, hosanna di tempat tinggi”, barangkali ada yang nanti karena desakan para pemimpin berbalik menghardik Yesus pada hari Jumat Agung, “Buanglah Dia, salibkan Dia!”.

Saudara-saudari terkasih!
Terlihat sekali betapa manusia begitu mudah menjadi plin-plan atau tidak memiliki pendirian dalam hal beriman. Amat disayangkan bahwa tidak banyak perubahan selama 2000 tahun yang telah lewat. Kita selalu plin-plan ketika harus memilih antara Kristus atau barang-barang dunia ini. Dengan menyadari pendirian kita yang kurang teguh atau kerap tidak jelas semacam ini, maka kita seharusnya malu setiap kali kita merayakan Minggu Palma.

Dengan mengenangkan peristiwa Tuhan Yesus memasuki kota Yerusalem dan disambut meriah dengan daun-daun palma di tangan, kita sekalian sekali lagi diminta untuk memurnikan motivasi kita dalam beriman, bahwa kita harus sungguh-sungguh menyambutNya sebagai Raja Kehidupan, Tuhan dan Pengantara kita yang telah menyelamatkan kita dari kebinasaan dosa. Bukan dengan setengah hati, atau bahkan kemudian berbalik seperti khalayak ramai yang berteriak tanpa malu, “Buanglah Dia, salibkan Dia!”. Marilah kita berpendirian dalam beriman, sekali dibaptis menjadi Katolik, maka harus hidup sebagai orang Katolik yang ber-Tuhan, bukan hanya sekadar beragama. Semoga!

Renungan Singkat (di dalam Gereja)
Umat beriman yang terkasih!
Suasana meriah Minggu Palma seakan sirna ketika kita mendengar kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus sebagaimana dibacakan dalam passio. Namun bila kita masih punya hati, kita sepantasnya merenung betapa mulia pengorbanan Tuhan Yesus bagi keselamatan hidup kita. Kisah sengsara dan wafatNya di kayu salib adalah kisah kasih yang tak terperikan bagi dunia. SalibNya adalah salib kasih untuk keselamatan kita.

Kita tahu bahwa sesungguhnya kita tidak pantas untuk menerima cinta Allah yang sekian besar itu. Ketika kita memandang salib dan melihat tangan dan kaki Putera Allah terpaku pada salib, yang perlahan-lahan mengalirkan darah dari lambungNya untuk kita, masih adakah yang dapat kita perbuat selain menundukkan kepala dengan penuh rasa malu? Sekalipun kita tidak mengejek dan menghina Dia secara terang-terangan seperti yang dilakukan orang-orang Farisi dan para musuhNya, namun kita telah melakukan secara tidak langsung lewat ketidakpedulian kita, lewat dosa kita yang melawan Allah dan sesama.

Saudara-saudari terkasih!
Pekan Suci yang sudah kita masuki ini akan sungguh-sungguh menjadi satu Minggu yang kudus dan menjadi satu titik awal dalam hidup kita apabila kita menyesali masa lampau kita, dengan bertobat dan mulai menyerahkan diri kita kepada Allah yang penuh kasih. Melalui hidup, penderitaan, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, kita sekalian telah diangkat menjadi ahli waris Surgawi. Oleh karena itu, baiklah kita hidup sesuai janji baptis kita, menjadi putera-puteri Allah yang terkasih, demi memperoleh tanah air Surgawi itu. Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan kita. Ia tetap menyertai kita dalam segala situasi hidup kita. Berimanlah dengan teguh! Amin.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar