“Jangan Mengingini Milik Sesama Secara Tidak Adil”
(Pe. Matias da Costa, SVD)
Bacaan I: Kel. 20:1-17
Bacaan II: 1 Kor. 1:22-25
Bacaan Injil: Yoh. 2:13-25
Kata
Pengatar
Umat beriman yang terkasih!
Larangan dan perintah Allah kepada kita,
umatNya, sudah jelas tertuang dalam sepuluh perintahNya, yaitu hukum yang telah
diberikan melalui nabi Musa. Larangan dan perintah Allah itu rupanya
menunjukkan kecenderungan-kecenderungan hati kita, kecenderungan hati manusia
untuk melakukan dosa. Salah satu kecenderungan dosa itu adalah penipuan atau
manipulasi untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari orang lain; atau
keserakahan mengingini milik sesama secara tidak adil.
Marilah kita menyiapkan diri untuk
mendengarkan Sabda Tuhan dan merenungkanNya serta menyambut Tubuh-Darah Kristus
di hari Minggu Prapaskah III ini, dengan terlebih dahulu mengakui kelalaian dan
dosa kita di hadapan Tuhan
Renungan
Umat beriman yang terkasih!
Dalam bacaan pertama tadi kita diingatkan
kembali tentang 10 perintah Allah yang harus menjadi pedoman hidup beriman
kita. 10 perintah Allah itu, jika diperhatikan, kebanyakan bersifat negatif
atau berupa larangan dan hanya sedikit yang bersifat positif atau berupa
perintah. Larangan dan perintah Allah itu rupanya menunjukkan dengan jelas kecenderungan-kecenderungan
hati kita, kecenderungan hati manusia untuk melakukan dosa. Ada 2 bagian
penting yang sebenarnya mau ditekankan melalui 10 perintah Allah itu, yakni tentang
hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antara manusia dengan sesamanya.
Secara khusus dalam hubungan dengan bacaan
Injil tadi, kita sebenarnya diingatkan oleh Tuhan Yesus tentang hubungan antara
manusia dengan sesamanya, yaitu larangan mengingini milik sesama secara tidak
adil. Tuhan Yesus mengusir pedagang-pedagang yang menjual hewan kurban di
pelataran Kenisah dan menjungkir-balikkan meja para penukar uang, karena dalam
praktik perdagangan di Kenisah itu terjadi banyak penipuan dan manipulasi untuk
mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari para peziarah. Dengan tindakan tegas
ini, Tuhan Yesus sebenarnya tidak hanya sebatas mau membersihkan Bait Allah atau
Kenisah sebagai tempat atau ruang doa, melainkan lebih daripada itu Ia mau
membersihkan ruang batin manusia dari keserakahan dan kejahatan yang justru kerap
terjadi di tengah umat yang mengklaim diri beragama, namun hidup seperti tidak ber-Tuhan.
Dan untuk menegakkan kembali larangan jangan mengingini milik sesama secara
tidak adil, Tuhan Yesus tidak segan-segan berhadapan dengan ancaman orang-orang
Yahudi. Untuk mempertanggung-jawabkan kewenanganNya menegur mereka, Tuhan Yesus
berkata, “Rombaklah Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya
kembali”. Dengan pernyataan itu, Tuhan Yesus sebenarnya mau mengatakan bahwa Ia
sedikitpun tidak gentar untuk menunjukkan kebenaran kepada mereka, bahkan bila
harus mati demi kebenaran itu sendiri. Sebab yang dimaksudkan Bait Allah ialah
TubuhNya sendiri. Oleh karena itu, bagi siapa saja yang mau menegakkan
kebenaran Tuhan, mentaati larangan dan perintah Tuhan, maka ada jaminan
kebangkitan meskipun tubuh fananya harus dikurbankan.
Umat beriman yang terkasih!
Bagi kita orang Katolik, 10 perintah Allah
itu tetap menjadi dasar hukum hidup beriman kita. Meskipun konteksnya, hukum
ini diberikan pada masa Perjanjian Lama, namun pada masa Perjanjian Baru, Tuhan
Yesus sendiri berkata, “Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini,
satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi” (Bdk. Mat. 5:18). Demikian pun larangan jangan mengingini
milik sesama secara tidak adil, yakni dalam bentuk penipuan atau manipulasi
untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari sesama, tetap berlaku sampai
sekarang.
Pada masa kita, praktik keserakahan mengingini
milik sesama secara tidak adil masih atau bahkan semakin merajalela. Pelakunya
bukan orang tak beragama atau ateis, melainkan orang-orang yang seringkali
kelihatan alim beragama dan mengaku ber-Tuhan. Kita saksikan dalam
berita-berita televisi, para koruptor di negeri ini yang tertangkap KPK.
Semuanya beragama, tetapi hidup seperti tak ber-Tuhan, sehingga melakukan
praktik penipuan atau manipulasi, merampas hak-hak kesejahteraan sesama untuk
kepentingan diri sendiri, keluarga dan golongannya. Itulah berita yang tersiar kepada
kita. Tetapi bagaimana dengan praktik-praktik keserakahan penipuan atau
manipulasi yang belum tersiar? Ini adalah pertanyaan untuk diri kita sendiri,
apakah kita salah satu pelakunya yang secara diam-diam mengingini milik sesama
secara tidak adil, atau bahkan telah menjalankan niat itu untuk meraup
keuntungan sebesar-besarnya demi kepentingan pribadi kita?
Tuhan Yesus yang berusaha menegakkan
kembali hukum Taurat telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Yahudi pada
waktu itu. Atau bahkan tindakanNya dianggap sebagai kebodohan bagi orang-orang
bukan Yahudi sehingga Ia kemudian disalibkan. Tetapi bagi kita yang menamakan
diri orang Kristen, tindakan Yesus untuk menegakkan larangan dan perintah Allah
tetap menjadi kekuatan dan hikmat Allah untuk para pengikutNya, seperti
diingatkan St. Paulus dalam bacaan kedua tadi.
Di masa Prapaskah ini kita disadarkan untuk
terus mengoreksi diri, membarui hidup, menyesali kelalaian dan dosa yang
diperbuat. Juga dalam hubungan dengan praktik-praktik yang kadang atau sering
mengingini milik sesama secara tidak adil, kita diminta untuk bertobat. Sebab
kita ini adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam diri kita.
Janganlah kita mencemariNya dengan praktik-praktik ketidakbenaran dan
ketidakadilan. Semoga***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar