Dipanggil Dan Dipilih Untuk
Mengambil Bagian
Dalam Karya Keselamatan
Tuhan
(Pe. Matias da Costa,
SVD)
Bacaan
I: 1Sam. 3:3b-10.19
Bacaan
II: 1Kor. 6:1c-15a.17-20
Bacaan
Injil: Yoh. 35-42
Kata
Pengantar
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Hari ini kita sudah memasuki Masa Biasa, yaitu
Hari Minggu Biasa II dalam Tahun B. Masa Natal sudah berakhir dengan pesta
pembaptisan Tuhan yang dirayakan pada hari Senin lalu dan Masa Biasa di Hari
Minggu Biasa I pun sudah dimulai sejak hari Selasa.
Pada hari Minggu Biasa II ini bacaan-bacaan
suci yang akan diperdengarkan kepada kita mengetengahkan tentang panggilan,
yaitu orang-orang yang dipilih Tuhan secara khusus untuk mengambil bagian dalam
karya keselamatanNya. Tokoh-tokoh yang mendapat panggilan khusus itu, antara
lain dalam Perjanjian Lama adalah Samuel dan dalam Perjanjian Baru, yaitu
murid-murid Yesus.
Pada masa sekarang, Tuhan juga tetap
memanggil dan memilih orang-orang khusus yang dikehendakiNya untuk mengambil
bagian dalam karya keselamatanNya. Dan Tuhan membutuhkan kita semua untuk
mengambil bagian dalam karya keselamatan itu, entah itu sebagai Imam, Bruder,
Suster, bapak-ibu keluarga dan juga anak-anak. Kita semua adalah orang-orang
khusus yang dipilih Tuhan untuk mengambil bagian dalam karya keselamatanNya,
melalui hidup dan karya kita sehari-hari.
Marilah kita menyadari kembali panggilan
hidup kita masing-masing dan memohon ampun atas segala kelalaian dan dosa kita,
terutama kelalaian dan dosa mengabaikan kehendak Tuhan yang harus terlaksana
dalam hidup dan karya kita.
Renungan
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Kisah panggilan Samuel seperti yang kita
dengar dalam bacaan pertama hari ini mengundang kita untuk merenungkan tentang
adanya panggilan Tuhan dan bagaimana kita seharusnya menanggapi atau menjawabi
panggilan Tuhan itu. Namun, sebelum sampai pada adanya komunikasi antara Tuhan
dan kita, terlebih dahulu kita harus mampu mengenali suara Tuhan dalam hidup
ini.
Tuhan pada dasarnya mewahyukan atau
memperkenalkan dirinya kepada kita melalui berbagai cara. Tentu yang paling
utama adalah melalui Kitab Suci. Alkitab yang kita miliki, yang kita baca, kita
dengarkan dan kita renungkan, entah itu Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru,
berisi suara Tuhan. Oleh karena itu, kita masing-masing, entah itu anak-anak,
remaja maupun orang dewasa atau orang tua yang sudah dibaptis harus memiliki
Alkitab atau Kitab Suci ini secara pribadi. St. Hieronimus (yang pestanya
dirayakan pada setiap tanggal 30 September/Bulan Kitab Suci. Dia yang
menerjemahkan Kitab Suci dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Latin, yang dikenal
dengan nama terjemahan Vulgata)
mengatakan begini kepada kita, Ignoratio
Scripturarum, Ignoratio Christi Est, yang berarti “Tidak mengenal Kitab
Suci, tidak mengenal Kristus”. Oleh karena itu, memiliki Kitab Suci, membaca
dan merenungkannya secara pribadi bagi orang Kristen atau orangnya Kristus itu
hukumnya WAJIB! Sehingga, siapa saja di antara kita yang belum memiliki Kitab
Suci, membaca dan merenungkannya secara pribadi, meskipun sudah dibaptis dan
menerima sakramen-sakramen lainnya di dalam Gereja, berarti dia belum
sungguh-sungguh mengenal Kristus. Statusnya sebagai orang Kristen Katolik itu
hanya masih sebatas untuk mengisi lembaran kolom administrasi, atau kolom agama
di KTP. Silahkan cek kembali kepemilikan Kitab Suci anda masing-masing secara
pribadi.
Kita juga bisa mengenal suara Tuhan melalui
sarana Hati Nurani atau Suara Hati kita sendiri, yang tidak lain adalah tempat
bersemayam Tuhan; yang membisikkan kepada kita tentang apa yang baik dan benar
untuk dikatakan dan dilakukan dalam hidup ini, serta apa yang jahat dan salah
yang tidak boleh kita katakan dan kita lakukan dalam hidup ini.
Dan yang terakhir, Tuhan juga menyapa kita
melalui perantara sesama. Melalui orang-orang di sekitar kita, yang berkehendak
baik, Tuhan pun berbicara kepada kita: megingatkan, menegur dan memerintahkan
kita untuk berkata dan berbuat yang baik dan benar di dalam hidup ini.
Itulah beberapa sarana, melaluinya kita
bisa mengenal suara Tuhan. Setelah mengetahui cara mengenal suara Tuhan ini,
maka selanjutnya kita bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Pada dasarnya Tuhan yang
selalu mengambil inisiatif atau prakarsa terlebih dahulu untuk berbicara kepada
kita, memanggil kita untuk mengambil bagian dalam karya keselamatanNya. Itu
sudah pasti. Sekarang, bagaimana jawaban atau tanggapan kita?
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Dalam kisah panggilan Samuel tadi, pada mulanya
dia tidak mengenal suara Tuhan. Oleh karena itu, ia dibantu atau diajar oleh
imam Eli bagaimana seharusnya menanggapi panggilan Tuhan itu, yaitu dengan
menjawab, “Bersabdalah, ya Tuhan, hambaMu mendengarkan”. Jawaban atau tanggapan
ini sangat singkat, namun padat dan jelas maknanya. Jawaban atau tanggapan
Samuel ini menekankan nilai pengabdian, yaitu kesediaan untuk mematuhi Tuhan
yang telah memanggil dan memilihnya untuk mengambil bagian dalam karya
keselamatan Tuhan.
Dalam bacaan Injil, melalui perantaraan
Yohanes Pembaptis, Tuhan pun menyapa dan memanggil kedua murid yang ketika mendengar
Yohanes berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah”, lalu pergi dan mengikuti Yesus. Kemampuan
mereka mengenal suara Tuhan itu kemudian menghantar mereka kepada komunikasi
dengan Yesus. Pertanyaan Yesus, “Apakah yang kamu cari?”, yang dijawab dengan sebuah
pertanyaan balik, “Rabi, di manakah Engkau tinggal?” adalah sebuah ungkapan semangat
mencari Tuhan yang mendekati dan kesediaan untuk tinggal bersama-sama dengan
Dia, mengambil bagian dalam karya keselamatanNya.
Itulah dua contoh bagaimana Samuel dan
kedua murid mengenali suara Tuhan, dipanggil atau disapa, lalu menjawab atau
menanggapi panggilan Tuhan itu. Mereka menjadi orang-orang pilihan Tuhan,
orang-orang khusus yang kemudian diutus untuk mengambil bagian dalam karya
keselamatan Tuhan, melalui hidup dan karya mereka.
Bagaimana dengan kita? Pada dasarnya Tuhan
menyapa dan memanggil kita juga sebagai orang-orang khusus atau orang-orang
pilihanNya, yang diberi tugas dan tanggung jawab tertentu. Entah itu sebagai
Imam, Bruder, Suster, bapak-ibu keluarga, anak-anak, PNS, guru, pelajar,
Misdinar, OMK, WK, petani, kita semua adalah orang-orang khusus yang dipanggil
dan dipilih Tuhan untuk mengambil bagian dalam karya keselamatanNya, melalui
hidup dan karya kita sehari-hari. Namun, apa jawaban atau tanggapan pribadi
kita terhadap panggilan dan pilihan Tuhan ini?
Jika kita sungguh-sungguh menghayati hidup
kita sebagai orang Kristen Katolik, dengan tugas dan tanggung jawab yang telah
dipercayakan Tuhan kepada kita dalam berbagai macam status yang sudah
disebutkan tadi, maka kita sebenarnya sedang memelihara tubuh atau diri kita
sebagai anggota Kristus. Oleh karena itu, St. Paulus dalam bacaan kedua tadi
mengajak kita untuk memelihara diri atau tubuh kita, untuk memuliakan Tuhan
melalui hidup dan karya kita. Bukannya menodainya dengan percabulan atau
pengingkaran akan tugas dan tanggung jawab kita yang sudah dipercayakan Tuhan
kepada kita.
Marilah kita menghayati hidup dan karya
kita sebagai panggilan pengambilan-bagian dalam karya keselamatan Tuhan. Kita
coba camkan sebuah kisah kecil dari Sta. Teresa dari Kalkuta, yang membaktikan
hidup dan karyanya sebagai pelayan Tuhan.
Suatu kali seseorang bertanya kepada ibu
Teresa seperti ini, "Ibu telah melayani kaum miskin di Kalkuta, India.
Tetapi, tahukah Ibu, bahwa masih ada jauh lebih banyak lagi orang miskin yang
terabaikan? Apakah Ibu tidak merasa gagal?" Sta. Teresa menjawab,
"Anakku, aku tidak dipanggil untuk berhasil, tetapi aku dipanggil untuk
setia ....".
Umat beriman yang terkasih, setiap pelayan
Tuhan di mana pun dan dalam peran apa pun, tidak dipanggil untuk berhasil.
Sebab jika panggilannya adalah keberhasilan, ia akan sangat riskan jatuh pada
kesombongan atau penghalalan segala cara. Pelayan Tuhan dipanggil untuk setia.
Melakukan tugas pelayanannya dengan penuh komitmen dan tanggung jawab.
Semampunya, bukan semaunya.
Dalam melayani, bisa saja kita melihat
bahwa apa yang kita lakukan seolah-olah tidak ada hasilnya. Bila kita
menghadapi situasi demikian, jangan mundur. Tetaplah setia. Kesetiaan kita
dalam melayani Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Tuhan sendiri yang akan
menyempurnakan hasilnya.
Tuhan memberkati kita sekalian!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar