Malam Natal

Mempersilahkan Tuhan Yesus Lahir Dalam Diri-Hati Kita
(Pe. Matias da Costa, SVD)

Bacaan I: Yes. 9:1-6
Bacaan II: Tit. 2:11-14
Bacaan Injil: Luk. 2:1-14

Kata Pengantar
Umat beriman yang terkasih!
Masa penantian atau masa advent telah berakhir. Pada malam hari ini kita mendengar malaikat Tuhan telah menampakkan diri kepada para gembala dan mewartakan bahwa Sang Juruselamat telah lahir di Kota Daud, Betlehem. Ini adalah kabar sukacita yang ditunggu-tunggu sejak masa Perjanjian Lama dan akhirnya terpenuhi dengan kelahiran Sang juruselamat, Tuhan kita Yesus Kristus 2017 tahun yang lalu.

Renungan
Umat beriman yang terkasih!
Nabi Yesaya dalam Perjanjian Lama seperti yang kita dengar dalam bacaan pertama tadi menubuatkan perihal ini, bahwa seorang Putera telah diberikan kepada kita dan kekuasaanNya tidak akan berkesudahan. Putera yang dimaksudkan oleh nabi Yesaya itu tak lain adalah Tuhan Yesus sendiri, yang kelahiranNya 2017 tahun yang lalu, kita peringati lagi pada malam hari ini.

Dalam bacaan Injil, kelahiran Tuhan Yesus dikisahkan terjadi begitu mengharukan. Tuhan Yesus lahir bukan di sebuah penginapan, apalagi di sebuah rumah mewah atau istana. Ia lahir di sebuah kandang domba. Oleh karena itu, Ia hanya dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan, yang menjadi tempat makan-minum domba sehari-hari. Di samping sukacita Sta. Maria, St. Yosef dan juga para malaikat karena kelahiran Putera Allah, tetapi kita pun patut merefleksikan, mengapa sampai Sang Juruselamat harus lahir seperti ini, hanya di sebuah kandang domba?

Dalam bacaan injil tadi kita sudah mendengar alasan dari pertanyaan kita itu, mengapa Tuhan Yesus harus lahir di sebuah kandang domba? Kita hendaknya tidak terburu-buru untuk mengatakan bahwa itu adalah kehendak Tuhan, bahwa Ia ingin lahir di kandang itu. Dalam bacaan injil tadi, secara jelas dikemukakan bahwa hal ini terjadi, bahwa Tuhan Yesus harus lahir di sebuah kandang domba, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan (Luk. 2:7)! Itulah alasan yang tercatat dalam Injil, dan patut menjadi bahan permenungan kita juga malam ini. Bagaimana perasaan saudara-saudari setelah mendengar kenyataan ini? Biasa-biasa saja atau merasa prihatin dan marah karena tidak ada orang yang mau merelakan penginapannya atau rumahnya sebagai tempat bersalin Putera Allah, Sang Juruselamat kita?

Mari kita coba memahami kenyataan kelahiran Tuhan Yesus di kandang domba dengan sikap manusia pada waktu itu. Bahwa ungkapan, “Tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” sebenarnya adalah “ungkapan penolakan”. Kedatangan Tuhan pertama kali langsung disambut dengan penolakan manusia. Sadar atau tidak, kenyataan inilah yang sebenarnya terjadi pada waktu itu. Karena jika tidak demikian, jika manusia tidak menolak Allah, maka mungkin Tuhan Yesus bukan lahir di kandang Domba; mungkin Ia akan lahir di sebuah rumah penginapan atau di sebuah tempat yang layak untuk bersalin bagi seorang ibu! Itulah kenyataan yang telah terjadi 2017 tahun yang lalu.

Malam ini, kita semua berkumpul di rumah Tuhan ini untuk memperingati lagi hari kelahiran Sang juruselamat, Tuhan kita Yesus Kristus. Dengan memperingati kelahiran Tuhan Yesus ini, apakah kita masih mau melakukan kesalahan yang sama, yang terjadi 2017 tahun yang lalu, dengan mengatakan bahwa tidak ada tempat bagi mereka: Sta. Maria dan St. Yosef untuk melahirkan Putera Allah di rumah penginapan-hidup kita?

Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Tempat yang pantas untuk kelahiran Tuhan Yesus sebenarnya bukan di kandang domba, melainkan dalam penginapan diri-hati kita. Itulah yang harus kita persiapkan setiap kali kita merayakan hari Natal. Kita membiarkan Tuhan Yesus untuk lahir di dalam diri-hati kita, agar ia menjadi besar dan menjiwai seluruh hidup kita. Itulah makna Natal yang sesungguhnya. Dengan membiarkan Tuhan Yesus lahir dalam diri-hati kita, maka kita beroleh kasih karunia untuk mampu meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan dunia ini; hidup kita akan menjadi lebih bijaksana, adil dan rajin berbuat baik, seperti yang diingatkan oleh St. Paulus dalam suratnya kepada Titus dalam bacaan kedua tadi. Itulah rahmat yang akan menyelamatkan hidup kita. Dengan demikian, kecenderungan kita yang sering menjauh dari Yang Ilahi atau sering menolak Allah akan diganti oleh Daya Ilahi yang akan membawa kita kepada persatuan erat dengan Tuhan.

Marilah kita bersukacita merayakan kelahiran Tuhan Yesus ini dengan kesadaran baru untuk mempersilahkan Tuhan Yesus lahir dalam diri-hati kita. Setelah lahir, kita pun harus merawatNya dengan kata dan perbuatan kita yang baik, sehingga pada akhirnya Tuhan Yesus semakin besar dan menjiwai seluruh hidup kita dan menghantar kita kepada keselamatan.

Tuhan memberkati kita sekalian!


   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar