HR Allah Tritunggal Mahakudus

“Credo Ut Intelligam”
(Pe. Matias da Costa, SVD)
Bacaan I: Ul. 4:32-34.39-40
Bacaan II: Rm. 8:14-17
Bacaan Injil: Mat. 28:16-20

Kata Pengantar
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus!
Hari ini kita merayakan pesta liturgis, Hari Raya Allah Tritunggal Mahakudus. Tritunggal dari kata bahasa Latin, Trinitas. Allah yang kita imani itu Esa atau Satu tetapi hadir dalam tiga pribadi, yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus. Pribadi-pribadi Ilahi yang kita sapa sebagai Bapa, Putera dan Roh Kudus selalu kita sebut ketika membuat tanda salib sebagai tanda kemenangan kita.

Marilah kita menyucikan diri di hadapan Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus agar kita layak merayakan perayaan Ekaristi kudus ini.

Renungan
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Setelah merayakan hari raya Pentekosta, yaitu peristiwa turunnya Roh Kudus ke atas para rasul pada hari Minggu yang lalu, hari ini Gereja Kudus mengajak kita untuk menyadari kembali seluruh proses komunikasi diri Allah, yang tak kenal lelah dan putus asa dalam sejarah kehidupan umat manusia, yaitu melalui kehadiran Allah Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putera dan Roh Kudus.

Sebagai orang Kristen Katolik, jika kita memang sungguh-sungguh menghayati iman kita, dengan setia membaca dan merenungkan Kitab Suci, maka di sana kita bisa menemukan dan memahami proses pernyataan diri Allah yang kita imani sekarang ini sebagai Allah Tritunggal Mahakudus.

Secara sederhana kita dapat menerima pernyataan diri Allah sebagai Allah Tritunggal Mahakudus, yaitu mulai dengan memahami Perjanjian Lama, di mana kita pada mulanya hanya mengenal Allah sebagai Allah yang tunggal, yang mencipta alam semesta dan seluruh isinya. Namun sejak Perjanjian Baru, melalui peristiwa inkarnasi, Sabda Allah menjadi manusia dan tinggal di antara kita, yaitu dalam diri Tuhan Yesus Kristus, maka iman kepercayaan kita mulai dibarui untuk memahami Allah sebagai yang tunggal, namun berkomunikasi atau berbicara kepada kita dalam pribadi-pribadi. Tuhan Yesus dalam banyak kesempatan memberitahukan kepada kita tentang siapa itu Allah Bapa dan bahwa Bapa dan diriNya adalah satu, sehingga dengan kenaikanNya ke Surga, Ia dan Bapa mengutus Roh Kudus untuk membimbing para rasul dan kita semua untuk memahami seluruh kebenaran Allah. Sampai pada peristiwa Pentekosta yang kita rayakan Minggu lalu itu, maka menjadi terang bagi kita bahwa Allah yang kita imani adalah Allah Tritunggal Mahakudus, satu Allah-tiga pribadi: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Ini adalah cara berada Allah yang unik, yang tak kenal lelah dan putus asa untuk mengkomunikasikan diriNya kepada kita, umatNya, agar dikenal dan diimani, bukan untuk dipertanyakan dan diragukan seperti kebanyakan orang tak beriman, yang berusaha menalar Allah, penciptaNya, dengan nalarnya yang terbatas.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus!
Ziarah hidup kita selalu menuju kepada Bapa, mengikuti jejak Yesus PuteraNya dan jiwai oleh RohNya yang kudus. Ketika merayakan Ekaristi, kita juga menyapa Allah Tritunggal Mahakudus melalui tanda salib, melalui madah kemuliaan, melalui doa-doa, melalui syahadat para rasul/Aku Percaya. Patut diakui dengan rendah hati, bahwa doktrin/ajaran tentang Allah Tritunggal Mahakudus ini mungkin tidak mudah diterima oleh semua pihak, bahkan sulit dipahami oleh orang Kristen sendiri. Namun ada nasihat bijak dari orang kudus kita, St. Anselmus. Dia mengatakan “credo ut intelligam”, artinya aku percaya supaya aku mengerti. Banyak kali memang kita menuntut untuk mengerti lebih dahulu baru percaya. Namun dalam hal beriman, itu bukan cara yang tepat. Yang benarnya, yang dikehendaki Tuhan adalah supaya kita beriman dan percaya terlebih dahulu untuk dapat mengerti seluruh rahasia atau kebenaran Allah.

Ada ceritera tentang pergumulan St. Agustinus, yang berusaha memahami tuntas tentang Allah Tritunggal Mahakudus. Pada suatu kesempatan St. Agustinus sedang berjalan di pinggir pantai. Ia berjumpa dengan seorang anak kecil yang sedang bermain di tepi pantai itu. Anak itu menggali sebuah lubang kecil seperti sumur di atas pasir. Lalu ia berulang kali mengambil air laut dengan sebuah gelas kecil dan memasukannya ke dalam lubang itu. Setiap kali lubang itu diisi langsung menjadi kering karena dasarnya adalah pasir. Agustinus bertanya kepadanya, untuk apa ia melakukan semuanya itu. Anak kecil itu menjawab hendak memindahkan seluruh air laut ke dalam lubang kecil tersebut. Agustinus mengatakan kepadanya bahwa usahanya itu hanya sia-sia saja. Tidaklah mungkin memindahkan seluruh air laut ke dalam lubang tersebut. Anak kecil itu kemudian bertanya kepada Agustinus apa yang sedang dipikirkannya. Agustinus menjawab bahwa ia sedang memikirkan misteri Allah Tritunggal Mahakudus. Anak kecil itu tertawa terbahak-bahak sambil mengatakan bahwa otakmu itu kecil seperti lubang buatan saya ini sedangkan Allah Tritunggal Mahakudus itu jauh lebih luas dari samudera raya. Agustinus menjadi sadar bahwa ternyata akal budi tidak mampu memahami seluruh rahasia Tuhan. Ia kemudian berkesimpulan: “Di mana ada cinta kasih, di situ ada Allah Tritunggal Mahakudus: Pencinta, Yang Dicinta dan Sumber Cinta Kasih.

Saudara-saudari terkasih, dengan merayakan hari raya Allah Tritunggal Mahakudus, kita semua diingatkan untuk menyadari kembali misteri iman kepercayaan kita.

Pertama, kita menyembah Allah yang tidak sendirian melainkan Allah yang penuh dengan persekutuan kasih dan saling berbagi. Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah satu komunitas, satu kesatuan. Ini haruslah menjadi dasar bagi persekutuan hidup kita juga, agar kita pun bersekutu dalam kasih, saling mengasihi, seperti keberadaan Allah Tritunggal Mahakudus sendiri.

Kedua, Allah Tritunggal Mahakudus adalah kasih yang sempurna.  Tidak ada kasih lain yang sempurna seperti kasih Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus.

Marilah kita semakin mengimani Allah Tritunggal Mahakudus dalam hidup kita, dengan selalu sadar menandai diri dengan tanda keselamatan dan kemenangan kita, yaitu tanda salib: dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar