“Bersatu Dengan Yesus: Menghasilkan Buah Iman Dan Hidup Saling Mengasihi”
(Pe. Matias da Costa, SVD)
Bacaan I: Kis. 9:26-31
Bacaan II: 1 Yoh. 3:18-24
Bacaan Injil: Yoh. 15:1-8
Kata Pengantar
Umat beriman yang terkasih!
Waktu terus berganti dan tak terasa kita sudah memasuki hari Minggu Paskah V. Pasca kebangkitanNya, Tuhan Yesus masih menyertai para murid selama 40 hari dan dalam rentang waktu itu, Tuhan Yesus menampakkan diri serta memberi banyak amanat atau pesan-pesan yang perlu dicamkan oleh para murid dalam hidup dan karya perutusannya. Salah satunya, yang akan kita dengar dalam bacaan Injil hari ini, yaitu Tuhan Yesus menegaskan bahwa Dialah pokok atau sumber kehidupan para murid. Barangsiapa yang selalu hidup bersatu dengan Tuhan Yesus, mendengarkan dan melaksanakan apa yang diperintahkanNya, ia akan menghasilkan banyak buah; hidupnya pasti terberkati.
Renungan
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Ada sebuah pernyataan bijak dari seorang pemimpin dunia, yaitu presiden I Amerika Serikat, George Washington. Ketika Amerika Serikat sedang menghadapi perang saudara, seseorang berkata kepada George Washington demikian, “Kalau Allah menyertai kita, maka kita pasti menang”.Tetapi George Washington menanggapinya, “Masalahnya bukan pada apakah Allah menyertai kita atau tidak; masalahnya adalah apakah kita ada bersama Allah”.
Pernyataan bijak dari presiden I Amerika Serikat itu secara tidak langsung mengingatkan kita juga tentang pesan utama dari bacaan Injil hari ini, yaitu bahwa kita harus hidup bersatu dengan Allah, bersama dengan Yesus sebagai pokok atau sumber kekuatan hidup kita. Itulah yang harus dicamkan dan dihayati oleh setiap orang Kristen, pengikut Kristus. Sebab hanya dengan hidup bersatu dengan Allah, bersama dengan Yesus, maka hidup kita akan terberkati dan kita mampu menghasilkan buah dalam setiap pekerjaan kita.
Kita mungkin bertanya, apa sebenarnya buah yang dihasilkan jikalau kita hidup bersatu dengan Allah, bersama dengan Yesus? Untuk menjawabi pertanyaan ini, kita perlu bercermin pada pengalaman hidup para murid. Atau dengan kata lain, buah yang dimaksud itu ada dalam pengalaman hidup para murid, yang mungkin menjadi bagian dari pengalaman hidup kita juga.
Kita tahu bahwa dalam tugas perutusannya menjadi saksi kebangkitan Kristus, menjadi pewarta Injil kepada segala bangsa, para murid telah mengalami peneguhan yang luar biasa karena selalu hidup bersatu dengan Yesus. Tatkala harus berhadapan dengan umat dan juga orang-orang yang memusuhi mereka, sedikit pun mereka tak gentar karena percaya bahwa Yesus yang mengutus mereka ada bersama dengan mereka dan mereka ada bersama dengan Yesus dalam menghadapi segala tantangan, entah suka maupun duka.
Seperti yang kita dengar dalam bacaan pertama, salah satu buah yang diperlihatkan dari hidup para murid, yaitu percaya kepada Tuhan dan hidup saling mengasihi. Kita belajar dari pengalaman Barnabas dan Saulus/paulus, bahwa meskipun banyak orang belum bisa menerima pertobatan Saulus/Paulus, namun Barnabas percaya bahwa dengan pengalaman perjumpaannya dengan Tuhan Yesus, Saulus/Paulus tentu sudah dibarui untuk menjadi juga pewarta InjilNya. Oleh karena itu, ia pantas dikasihi dalam nama Tuhan Yesus yang mentobatkanNya. Kepercayaan dan ungkapan kasih Barnabas ini tidak sia-sia karena terbukti, bahwa Saulus/Paulus yang bertobat kemudian menjadi rasul utama yang mewartakan Injil di antara umat yang bukan Yahudi.Dan itulah sebenarnya tugas perutusan yang hakiki sebagaimana diamanatkan sendiri oleh Tuhan Yesus sebelum kenaikanNya ke Surga, bahwa para murid harus mewartakan InjilNya kepada segala bangsa. Dalam hal ini, Saulus/Paulus-lah yang telah dipilih Tuhan Yesus untuk menjalankan misi perutusan itu.
Percaya kepada Tuhan dan saling mengasihi, itulah perintah Tuhan sebagaimana ditegaskan kembali oleh St. Yohanes dalam bacaan kedua. St. Yohanes menasihatkan bahwa ciri khas hidup dalam iman adalah menaruh cinta kasih bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Oleh karena itu, kita sekalian diingatkan sekali lagi bahwa iman kita harus berbuah dalam tindakan nyata. Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita ini orang beriman, yang percaya dan hidup bersatu dengan Tuhan, tetapi dalam kehidupan nyata kita tidak mampu mengasihi sesama yang berada di sekitar kita; atau kita tidak mampu mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Menjadi pengikut Kristus, kita sekalian sebernarnya dipanggil untuk menjadi saudara atau saudari bagi semua orang, terutama bagi mereka yang miskin; pun bahkan bagi mereka yang memusuhi kita, kita tetap dipanggil untuk menjadi saudara atau saudari mereka. Panggilan Kristiani ini memang tidak mudah dituruti, tetapi Allah yang sudah terlebih dahulu mengasihi kita pasti akan memampukan kita untuk menghasilkan buah kebaikan ini. Itulah jaminan bahwa Allah beserta kita dan kita hidup bersatu dan beserta Allah.
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus!
Kepastian bahwa Allah beserta kita tidak perlu diragukan lagi. Hanya saja yang menjadi pertanyaan untuk kita, apakah kita juga beserta Allah, atau seperti yang dikatakan oleh George Washington, apakah kita ada bersama Allah dan hidup mentaati kehendakNya?
Marilah kita sekalian yang menyadari diri sebagai pengikut Kristus hendaknya membarui diri, dengan hidup bersatu dengan Allah, bersama dengan Yesus. Kita pun diminta harus berbuah dalam kehidupan nyata, yaitu dengan hidup saling mengasihi. Itulah penghayatan iman Kristiani yang sesungguhnya sebagai satu bentuk kesaksian tentang persatuan hidup kita dengan Allah, persatuan hidup kita dengan Yesus. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar