“Merenungkan Kembali Sikap Iman Kita”
(Pe. Matias da Costa, SVD)
Bacaan I: Kis. 4:32-35
Bacaan II: 1 Yoh. 5:1-6
Bacaan Injil: Yoh. 20:19-31
Kata Pengantar
Umat beriman yang terkasih!
Pada tanggal 30 April 2000, paus Yohanes Paulus II/St. Yohanes Paulus II mengumumkan agar Gereja Katolik di seluruh dunia merayakan hari Minggu Paskah II sebagai hari Minggu Kerahiman Ilahi. Oleh karena itu, pada hari Minggu ini kita semua diundang untuk tidak takut mendekat kepada Allah agar dapat mengalami kerahimanNya yang tak terselami. Demikian pun dengan para pendosa yang malang, berkat kebangkitan Kristus, Kerahiman Ilahi pun terbuka bagi mereka yang mau menyesal dan bertobat dari perbuatan jahatnya.
Renungan
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus yang bangkit!
Bacaan injil yang diperdengarkan kepada kita hari ini mengetengahkan tentang penampakan Yesus yang bangkit kepada para murid. Penginjil Yohanes menekankan peristiwa penampakan ini sebagai sebuah titik balik pembaruan iman para murid. Terutama dengan menyisipkan ceritera tentang Tomas yang tidak mudah percaya sebelum berhadapan langsung dengan Yesus yang bangkit, penginjil Yohanes sebenarnya mau mengajak para murid untuk melihat dan merenungkan kembali sikap imannya.
Tidak mudah percaya begitu saja dengan pelbagai informasi, itulah sikap kritis yang coba ditunjukkan Tomas. Dalam hal ini, Tomas sebenarnya mau mengatakan bahwa ia tidak mau beriman buta, tanpa sebuah pengalaman pribadi yang sungguh-sungguh meneguhkan imannya. Demikian pun halnya dengan informasi tentang kebangkitan Kristus yang diperolehnya dari para murid yang lain. Tomas pun tidak mau percaya begitu saja. Namun meskipun demikian, pada akhirnya ia percaya juga ketika berhadapan langsung dengan Yesus yang bangkit. Dengan pengalaman pribadi ini, Tomas pun menunjukkan pengakuan dan sikap imannya secara tegas bahwa ia percaya, “Ya Tuhanku dan Allahku!”.
Secara spontan saat mendengar kisah tentang Tomas yang tidak mudah percaya tentang kebangkitan Kristus ini, kita mungkin mencelanya sebagai orang yang kurang beriman. Namun, jika kita sendiri yang berada pada posisinya saat itu, mungkin kita pun akan bersikap sama seperti Tomas. Itulah sifat manusiawi kita yang selalu menuntut tanda atau bukti terlebih dahulu sebelum beriman atau percaya. Sikap Tomas ini pun mungkin masih menjadi sikap dari sebagian umat Allah atau sikap kita saat ini. Meskipun dalam Injil tadi Yesus memuji kita, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”, tetapi benarkah kita yang merenungkan kisah Injil hari ini sudah lebih baik dari Tomas dalam hal beriman? Ataukah kita sama saja dengan Tomas, yang meskipun sudah dibaptis dan menamakan diri pengikut Kristus, tetapi dalam hidup sehari-hari masih suka menuntut tanda atau bukti sebelum percaya atau beriman secara konsisten kepada Tuhan? Seharusnya, jika kita sudah lebih baik dari Tomas dalam hal beriman, maka hal itu harus ditunjukkan dalam kehidupan nyata kita, yaitu rajin beribadah atau berdoa, berpuasa dari sikap atau perbuatan kita yang jahat, dan suka berbuat baik atau berbagi apa yang baik yang kita miliki dengan sesama di sekitar kita yang membutuhkan. Jika perwujudan iman semacam ini sudah kita penuhi, maka bolehlah kita berbangga bahwa kita lebih baik dari Tomas dalam hal beriman. Jika belum, maka marilah kita renungkan lagi pengakuan dan sikap iman kita di hadapan Tuhan.
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus yang bangkit!
Hidup sebagai pengikut Kristus yang sejati, yang sungguh percaya bahwa Kristus telah bangkit, seharusnya menyatukan kita semua dalam suasana sehati dan sejiwa seperti kehidupan jemaat perdana yang dikisahkan dalam bacaan pertama. Kita harus hidup saling memperhatikan satu sama lain. Orang Kristen yang sejati tidak hidup bagi dirinya sendiri, tidak egois, melainkan harus mencontoh Tuhan Yesus sendiri yang rela berbagi hidup dengan kita, demi keselamatan hidup kita. Demikian pun dalam kehidupan menggereja, kita masing-masing harus hidup berbagi dengan sesama di sekitar kita, yang membutuhkan perhatian dan bantuan kita, entah itu secara spiritual maupun secara material. Itulah, perwujudan dari pengakuan atau sikap iman kita yang sesungguhnya sebagai orang Kristen.
Surat pertama Yohanes dalam bacaan kedua pun mengingatkan kita tentang kekuatan iman yang mengalahkan dunia. Artinya, iman yang kita tunjukkan lewat kasih sayang kepada sesama di sekitar kita secara nyata, itulah yang memberi arti atau makna bagi kehidupan kita. Dengan perbuatan iman semacam inilah kita menjadi saksi iman akan Kristus. Dengan demikian, orang Katolik yang hidup hanya mementingkan dirinya sendiri dan menelantarkan sesama di sekitarnya yang membutuhkan bantuan atau pertolongannya, maka sebenarnya ia bukan orang Katolik.
Saudara-saudari, dalam permenungan kita di hari Minggu Paskah II ini, kita pun diundang untuk merayakan Kerahiman Ilahi. Melalui penampakan-penampakanNya kepada Sta. Faustina, Yesus antara lain bersabda, “PutriKu, umumkan kepada seluruh dunia mengenai Kerahiman-Ku yang tak terselami. Aku minta agar Pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat perlindungan dan tempat penampungan untuk semua jiwa, khususnya para pendosa yang malang. Pada hari itu, KerahimanKu yang paling dalam dan lembut terbuka. Aku menganugerahkan samudera rahmat ke atas jiwa-jiwa yang mengunjungi sumber KerahimanKu. Jiwa-jiwa yang mengaku dosa dan menerima Komuni Suci akan menerima pengampunan yang menyeluruh dari dosa dan denda dosanya. Pada hari itu semua gerbang ilahi terbuka dan rahmat akan mengalir keluar. Jangan biarkan jiwa-jiwa takut untuk mendekat padaKu, walaupun dosa-dosa mereka sangat besar. KerahimanKu sangatlah besar, sehingga tidak ada pikiran, baik dari manusia maupun malaikat, yang dapat memahaminya secara keseluruhan di sepanjang segala masa. Semua jiwa yang mengikatkan dirinya padaKu akan memandang kasih dan KerahimanKu untuk selama-lamanya. Umat manusia tidak akan mendapatkan kedamaian sebelum berbalik kepada Sumber KerahimanKu (dikutip dari Buku Catatan Harian St. Faustina, hal. 699).
Umat beriman yang terkasih!
Marilah kita melihat dan merenungkan kembali sikap iman kita. Tuhan Yesus mengundang kita semua untuk tidak takut mendekat padaNya. Janganlah kita tidak percaya lagi, melainkan percayalah! Dia, Tuhan yang kita imani adalah Dia yang Maharahim. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar