Hari Minggu Biasa XXXI, Tahun A

Berkata dan Berbuat Baik
Untuk Menghadirkan Kemuliaan Tuhan
(Pe. Matias da Costa, SVD)

Bacaan I: Mal. 1:14b-2:2b.8-10
Mazmur: Mzm. 131:1.2.3
Bacaan II: 1Tes. 2:7b-9.13
Bacaan Injil: Mat. 23:1-12

Umat beriman yang terkasih!
            “Tunas dan bunga bukanlah buah”. Perkataan kita bagaikan tunas dan bunga yang menanti bukti, dan semua itu tidak berarti samasekali apabila tidak berbuah nyata dalam tindakan. Setiap perkataan harus bisa dipertanggung-jawabkan. Kita harus menunjukkan apa yang kita katakan dengan tindakan nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Mungkin kita bisa berbicara banyak/nyaring, namun perbuatan kita sebenarnya berbicara lebih banyak/nyaring daripada kata-kata yang diolah oleh lidah kita.
            Dalam bacaan pertama hari ini, yang diambil dari kitab nubuat Maleakhi, kita mendengar bagaimana Tuhan semesta alam menegur para imam dan memberi perintah kepada mereka supaya memperbaiki perilaku hidupnya yang mulai menyimpang dari kehendak Tuhan.
Pada zaman tertua di Israel, setiap kepala keluarga dan kepala suku adalah imam. Di kemudian hari para raja tampil sebagai imam. Dan sejak zaman nabi Musa, ia menahbiskan kakaknya, Harun dan anak-anak lelakinya sebagai imam. Mereka ini berasal dari suku Lewi. Jabatan keimaman kemudian resmi dijabat oleh orang-orang dari keturunan suku Lewi. Para imam ini bertugas untuk memimpin himpunan orang beriman. Mereka ini bertanggung jawab atas segala sesuatu yang kudus.
            Mengenai teguran kepada para imam dan perintah Tuhan agar mereka memperbaiki perilaku hidupnya seperti yang kita dengar dalam bacaan pertama tadi, terutama ditekankan mengenai pengajaran mereka yang mulai menyesatkan umat beriman. Artinya, mereka yang sudah ditugaskan untuk memimpin umat beriman tidak lagi mengajarkan apa yang dikehendaki Tuhan. Pengajaran itu mencakup apa yang mereka katakan dan apa yang mereka perbuat. Keduanya harus berjalan selaras, sehingga apabila terdapat cacat pada salah satunya, maka pengajaran itu menyimpang.
***
            Dalam bacaan Injil, semakin jelas kita memahami apa yang dimaksudkan dari bacaan pertama tadi. Di dalam injil, kita mendengar bagaimana Tuhan Yesus mencela para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang notabene mewarisi jabatan sebagai pemimpin umat, tetapi pengajaran mereka cacat atau menyimpang dari apa yang dikehendaki Tuhan. Mereka pintar berkata-kata dalam hal menjelaskan apa yang Tuhan kehendaki untuk ditaati, tetapi mereka sendiri tidak melakukan apa yang mereka katakan. Ataupun jika mereka melakukan sesuatu yang baik di muka umum, itu bukan dimaksudkan untuk menunjukkan kemuliaan Allah, melainkan untuk memuliakan diri mereka sendiri. Ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini adalah tipe pemimpin umat yang tidak memberi teladan yang baik dan benar dalam hal berkata dan berbuat. Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya dan kita sekalian untuk tidak mencontohi mereka. Tuhan Yesus mengingatkan kita, “Siapa pun yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan”.     
***
Umat beriman yang terkasih!
            Kita sekalian hendaknya mengingat kembali pembaptisan kita, ketika kita diangkat menjadi anak-anak Allah. Melalui pengurapan dengan minyak krisma, kita sekalian sebenarnya sudah mengambil bagian dalam tugas perutusan Kristus sendiri, yaitu menjadi imam, nabi dan raja. Kita sekalian diangkat menjadi anak-anak Allah untuk memimpin, yang dalam bahasa injil sebagai pelayan (memimpin untuk melayani). Oleh karena itu, kita hendaknya selalu menyadari tugas penting ini, yaitu kita memimpin dengan kata dan perbuatan yang selaras untuk melayani kehendak Tuhan; menghadirkan kemuliaan Tuhan di tengah hidup bersama.
Memang tak termungkiri bahwa menyelaraskan kata dan perbuatan bukanlah perkara yang mudah. Kita seringkali lebih suka berkata-kata, namun kemudian lupa atau tidak mau melakukan apa sudah kita katakan. Atau juga kita seringkali terdorong untuk berbuat baik di depan umum, namun motivasinya adalah untuk mendapatkan pujian untuk diri sendiri, untuk mendapatkan nama baik, atau hanya untuk membanggakan diri sendiri di depan orang banyak. Kita lupa, bahwa tugas kita sebenarnya adalah melayani kehendak Tuhan, karena kita sudah diangkat menjadi anak-anak-Nya. Kata dan perbuatan kita yang baik, yang selaras, hanyalah sarana untuk menghadirkan kemuliaan Tuhan di tengah umat-Nya. Apa pun status kita, sebagai imam, sebagai kepala keluarga, sebagai ibu rumah tangga, sebagai pejabat atau pegawai pemerintahan, sebagai pelajar, kita semua adalah perpanjangan tangan kasih Allah untuk menghadirkan kemuliaan-Nya di tengah dunia ini.
Marilah kita mencontohi St. Paulus yang sungguh-sungguh menghayati hidupnya sebagai pelayan Tuhan dan sesama. Perilaku atau perbuatannya sesuai dengan apa yang dikatakan. Ia merupakan pribadi yang luar biasa. Pelayanannya membuat umat yang dipimpinnya, yaitu umat di Tesalonika seperti yang kita dengar dalam bacaan kedua, semakin menghayati Sabda Tuhan secara utuh. Dan umat yang dilayaninya pun dapat meneruskan pewartaan injil Tuhan itu, baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan mereka.
    Sekali lagi untuk kita camkan, “Tunas dan bunga bukanlah buah”. Perkataan kita bagaikan tunas dan bunga yang menanti bukti, dan semua itu tidak berarti samasekali apabila tidak berbuah nyata dalam tindakan. Kita semua adalah pelayan Tuhan, yang harus berkata dan berbuat baik seperti yang Tuhan kehendaki, untuk menghadirkan kemuliaan-Nya di tengah kehidupan bersama.


Tuhan memberkati kita sekalian!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar