Berkata dan Berbuat Baik
Untuk Menghadirkan
Kemuliaan Tuhan
(Pe. Matias da Costa,
SVD)
Bacaan I: Mal. 1:14b-2:2b.8-10
Mazmur: Mzm. 131:1.2.3
Bacaan II: 1Tes. 2:7b-9.13
Bacaan Injil: Mat. 23:1-12
Umat beriman yang
terkasih!
“Tunas dan bunga bukanlah buah”. Perkataan kita bagaikan
tunas dan bunga yang menanti bukti, dan semua itu tidak berarti samasekali
apabila tidak berbuah nyata dalam tindakan. Setiap perkataan harus bisa
dipertanggung-jawabkan. Kita harus menunjukkan apa yang kita katakan dengan
tindakan nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Mungkin kita bisa berbicara
banyak/nyaring, namun perbuatan kita sebenarnya berbicara lebih banyak/nyaring
daripada kata-kata yang diolah oleh lidah kita.
Dalam bacaan pertama hari ini, yang diambil dari kitab
nubuat Maleakhi, kita mendengar bagaimana Tuhan semesta alam menegur para imam dan
memberi perintah kepada mereka supaya memperbaiki perilaku hidupnya yang mulai
menyimpang dari kehendak Tuhan.
Pada zaman tertua di
Israel, setiap kepala keluarga dan kepala suku adalah imam. Di kemudian hari
para raja tampil sebagai imam. Dan sejak zaman nabi Musa, ia menahbiskan kakaknya,
Harun dan anak-anak lelakinya sebagai imam. Mereka ini berasal dari suku Lewi. Jabatan
keimaman kemudian resmi dijabat oleh orang-orang dari keturunan suku Lewi. Para
imam ini bertugas untuk memimpin himpunan orang beriman. Mereka ini bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang kudus.
Mengenai teguran kepada para imam dan perintah Tuhan agar
mereka memperbaiki perilaku hidupnya seperti yang kita dengar dalam bacaan
pertama tadi, terutama ditekankan mengenai pengajaran mereka yang mulai
menyesatkan umat beriman. Artinya, mereka yang sudah ditugaskan untuk memimpin
umat beriman tidak lagi mengajarkan apa yang dikehendaki Tuhan. Pengajaran itu
mencakup apa yang mereka katakan dan apa yang mereka perbuat. Keduanya harus
berjalan selaras, sehingga apabila terdapat cacat pada salah satunya, maka
pengajaran itu menyimpang.
***
Dalam bacaan Injil, semakin jelas kita memahami apa yang
dimaksudkan dari bacaan pertama tadi. Di dalam injil, kita mendengar bagaimana
Tuhan Yesus mencela para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang notabene
mewarisi jabatan sebagai pemimpin umat, tetapi pengajaran mereka cacat atau
menyimpang dari apa yang dikehendaki Tuhan. Mereka pintar berkata-kata dalam
hal menjelaskan apa yang Tuhan kehendaki untuk ditaati, tetapi mereka sendiri
tidak melakukan apa yang mereka katakan. Ataupun jika mereka melakukan sesuatu
yang baik di muka umum, itu bukan dimaksudkan untuk menunjukkan kemuliaan
Allah, melainkan untuk memuliakan diri mereka sendiri. Ahli Taurat dan
orang-orang Farisi ini adalah tipe pemimpin umat yang tidak memberi teladan
yang baik dan benar dalam hal berkata dan berbuat. Oleh karena itu, Tuhan Yesus
mengingatkan para murid-Nya dan kita sekalian untuk tidak mencontohi mereka.
Tuhan Yesus mengingatkan kita, “Siapa pun yang terbesar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu. Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan,
dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan”.
***
Umat beriman yang
terkasih!
Kita sekalian hendaknya mengingat kembali pembaptisan
kita, ketika kita diangkat menjadi anak-anak Allah. Melalui pengurapan dengan
minyak krisma, kita sekalian sebenarnya sudah mengambil bagian dalam tugas
perutusan Kristus sendiri, yaitu menjadi imam, nabi dan raja. Kita sekalian
diangkat menjadi anak-anak Allah untuk memimpin, yang dalam bahasa injil
sebagai pelayan (memimpin untuk melayani). Oleh karena itu, kita hendaknya
selalu menyadari tugas penting ini, yaitu kita memimpin dengan kata dan
perbuatan yang selaras untuk melayani kehendak Tuhan; menghadirkan kemuliaan
Tuhan di tengah hidup bersama.
Memang tak termungkiri
bahwa menyelaraskan kata dan perbuatan bukanlah perkara yang mudah. Kita seringkali
lebih suka berkata-kata, namun kemudian lupa atau tidak mau melakukan apa sudah
kita katakan. Atau juga kita seringkali terdorong untuk berbuat baik di depan
umum, namun motivasinya adalah untuk mendapatkan pujian untuk diri sendiri,
untuk mendapatkan nama baik, atau hanya untuk membanggakan diri sendiri di
depan orang banyak. Kita lupa, bahwa tugas kita sebenarnya adalah melayani kehendak
Tuhan, karena kita sudah diangkat menjadi anak-anak-Nya. Kata dan perbuatan
kita yang baik, yang selaras, hanyalah sarana untuk menghadirkan kemuliaan
Tuhan di tengah umat-Nya. Apa pun status kita, sebagai imam, sebagai kepala
keluarga, sebagai ibu rumah tangga, sebagai pejabat atau pegawai pemerintahan,
sebagai pelajar, kita semua adalah perpanjangan tangan kasih Allah untuk
menghadirkan kemuliaan-Nya di tengah dunia ini.
Marilah kita mencontohi
St. Paulus yang sungguh-sungguh menghayati hidupnya sebagai pelayan Tuhan dan
sesama. Perilaku atau perbuatannya sesuai dengan apa yang dikatakan. Ia
merupakan pribadi yang luar biasa. Pelayanannya membuat umat yang dipimpinnya,
yaitu umat di Tesalonika seperti yang kita dengar dalam bacaan kedua, semakin
menghayati Sabda Tuhan secara utuh. Dan umat yang dilayaninya pun dapat
meneruskan pewartaan injil Tuhan itu, baik dalam pikiran, perkataan maupun
perbuatan mereka.
Sekali lagi untuk kita camkan, “Tunas dan
bunga bukanlah buah”. Perkataan kita bagaikan tunas dan bunga yang menanti
bukti, dan semua itu tidak berarti samasekali apabila tidak berbuah nyata dalam
tindakan. Kita semua adalah pelayan Tuhan, yang harus berkata dan berbuat baik seperti yang Tuhan kehendaki, untuk menghadirkan kemuliaan-Nya di tengah kehidupan
bersama.
Tuhan memberkati kita
sekalian!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar