Hari Minggu Biasa XXXIII, Tahun A

Talenta Sebagai Sarana Keselamatan
(Pe. Matias da Costa, SVD)

Bacaan I: Ams. 31:10-13.19-20.30-31
Mazmur: 128:1-2.3.4-5
Bacaan II: 1Tes. 5:1-6
Bacaan Injil: Mat. 25:14-30


Umat beriman yang terkasih!
Bacaan-bacaan suci yang diperdengarkan kepada kita hari ini mengajak kita untuk untuk giat mengusahakan talenta atau karunia atau bakat sebagai sarana keselamatan.
***
Dalam bacaan pertama hari ini, penulis kitab Amsal mengajak kita untuk merenungkan tentang perihal hidup seorang isteri atau seorang ibu atau seorang wanita yang menyukakan hati suaminya. Bukan karena kemolekan atau kecantikannya, melainkan karena kerajinannya. Seorang isteri atau seorang ibu atau seorang wanita yang patut dipuji adalah mereka yang takut akan Tuhan dan giat mengusahakan dan memelihara kehidupan.

Gambaran tentang perihal hidup seorang istri ini adalah gambaran tentang kerajinan untuk bekerja, bukan kemalasan. Seorang isteri yang baik selalu tahu apa yang harus dikerjakannya. Ia tidak banyak mengeluh, pun tak banyak bicara. Hati dan tangannya selalu mengerjakan yang terbaik untuk kehidupan keluarganya. Oleh karena itu, seorang isteri yang baik pasti menyukakan hati pasangannya, disayangi suaminya.

Gambaran tentang hidup seorang isteri yang rajin untuk mengusahakan sesuatu yang baik di dalam hidupnya, bisa dipahami dalam hubungan dengan bacaan Injil hari ini, yaitu bahwa isteri tersebut selalu berusaha mengembangkan talenta atau karunia atau bakat yang telah dipercayakan Tuhan kepadanya. Dengan penuh tanggung jawab, isteri tersebut berusaha mengembangkannya dalam tindakan-tindakan praktis yang bernilai untuk pembentukan dirinya sendiri sebagai pribadi yang baik dan juga memaksimalkannya untuk karya pelayanan terhadap sesama di sekitarnya, terhadap suaminya maupun terhadap anak-anak dan masyarakat di sekitarnya.
***
Dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus mengetengahkan kepada kita perumpamaan tentang talenta, yang dihubungkan dengan hal Kerajaan Allah. Tuan talenta itu tidak lain adalah Tuhan sendiri. Dan talenta yang dipercayakan itu adalah karunia yang ada dalam diri kita masing-masing. Talenta itu juga bisa dipahami sebagai bakat atau kemampuan yang mendorong kita untuk bertindak kreatif di dalam hidup ini. Kepada kita masing-masing dianugerahkan talenta atau karunia atau bakat yang bermacam-macam, ada yang banyak dan ada juga yang sedikit. Dalam hal ini, Tuhan bukannya bersikap tidak adil, tetapi Tuhan menganugerahkannya sesuai dengan kemampuan kita untuk mengembangkannya. Kepada mereka yang diberi banyak, tentu tanggung jawabnya akan lebih besar. Kepada mereka yang diberi sedikit, pertanggung-jawabannya pun tetap dituntut sesuai dengan kemampuannya. Namun kenyataan menunjukkan bahwa memang yang memiliki banyak talenta selalu berusaha untuk mengembangkannya secara maksimal. Mereka ini setia menggandakan talenta yang diterima. Di lain pihak, justru yang memiliki sedikit talenta, karena tenggelam dalam kemalasan, mereka tidak mau mengembangkannya.

Sebenarnya semua kita memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan talenta atau karunia atau bakat yang kita miliki. Hanya saja masalahnya adalah kita terkadang tenggelam dalam rasa puas diri atau hanya ingat diri. Kita malas mengembangkan talenta atau karunia atau bakat itu untuk menjadi berkat bagi diri sendiri maupun bagi sesama di sekitar kita. Dengan demikian, tidaklah mengagetkan apabila Tuhan kemudian menuntut pertanggung-jawaban dari kita masing-masing soal talenta-talenta yang telah dipercayakan kepada kita. Berbahagialah mereka yang setia mengembangkannya. Dan celakalah mereka yang hanya memanfaatkan talenta demi kepentingan dirinya sendiri dan tidak mau mengembangkannya untuk karya pelayanan.
***
Dalam bacaan kedua, St. Paulus mengingatkan kita untuk berjaga-jaga sebab hari Tuhan atau saat ajal kita seperti pencuri yang datangnya tiba-tiba tanpa sepengetahuan kita. Pada saat itulah Tuhan akan menuntut pertanggung-jawaban kita atas segala talenta yang telah dipercayakanNya kepada kita.

Sebagai anak-anak terang, yang telah diangkat menjadi anak Allah melalui pembaptisan, kita hendaknya selalu mengusahakan kehidupan yang bermanfaat bagi diri kita sendiri dan juga bagi orang lain atau sesama di sekitar kita. Dengan mengembangkan talenta atau karunia atau bakat yang kita miliki, kita sebenarnya telah mempersiapkan diri kita dengan baik ketika tiba saatnya kita menghadap takhta pengadilan Allah.

Marilah kita menyadari kembali talenta atau karunia atau bakat yang telah Tuhan percayakan kepada kita. Talenta atau karunia atau bakat apa saja yang sudah kita kembangkan dan talenta atau karunia atau bakat apa saja yang masih kita kubur dalam kemalasan dan rasa ingat diri yang berlebihan/egoisme. Semua talenta atau karunia atau bakat yang kita miliki, entah banyak, entah sedikit, haruslah diperganda dengan rajin dalam hidup kita. Dengan demikian, ketika kita giat mengusahakan atau mengembangkan talenta atau karunia atau bakat yang kita miliki, maka kita pun sebenarnya sedang mengusahakan keselamatan kita sendiri dan membantu atau menolong menyelamatkan sesama di sekitar kita. Ingat, talenta atau karunia atau bakat yang dipercayakan Tuhan kepada kita adalah sarana keselamatan.

Tuhan memberkati kita sekalian!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar