Berani Mengambil Bagian
Dalam Tugas Kenabian Kristus
(Pe. Matias da Costa, SVD)
Bacaan I: Ul. 18:15-20
Bacaan II: 1Kor. 7:32-35
Bacaan Injil: Mrk. 1:21-28
Kata
Pengantar
Umat beriman yang
terkasih dalam Kristus!
Hari ini kita merayakan
Hari Minggu Biasa IV dalam tahun B. Bacaan-bacaan suci yang akan diperdengarkan
kepada kita hari ini, mengajak kita untuk memusatkan kembali perhatian kepada
perkara-perkara Tuhan, yaitu apa yang diperintahkan atau dikehendaki Tuhan supaya
diamalkan atau dikerjakan dalam keseharian hidup kita. Sebagai orang beriman,
perkara atau perintah atau kehendak Tuhan itulah yang harus menjadi prioritas utama
hidup kita. Oleh karena itu, kita dituntut untuk berkata dan berbuat sesuai
dengan apa yang diperintahkan atau dikehendaki Tuhan.
Marilah kita menyiapkan
hati dan budi kita untuk merayakan Ekaristi kudus ini, sambil menimba kekuatan
iman dari Tuhan sendiri yang akan memampukan kita untuk memusatkan perhatian
pada perkara-perkaraNya yang harus terlaksana dalam hidup dan karya kita.
Renungan
Umat beriman yang
terkasih dalam Kristus!
Kitab Ulangan mencatat,
dalam bacaan pertama hari ini, bagaimana Tuhan memerintahan nabi Musa untuk memberitahukan
kepada umat Israel tentang akan dipilihnya seorang nabi baru yang akan memimpin
umat Israel. Dalam nubuat itu, Tuhan memberitahukan apa yang patut diketahui
tentang nabi baru itu. Bahwa melalui nabi baru tersebut, Tuhan akan menaruh
firmanNya dalam mulutnya, sehingga ia akan mengatakan segala sesuatu yang
diperintahkan Tuhan dan umat harus menaatinya. Kriteria nabi itu juga adalah
dia yang sungguh-sungguh memperhatikan apa yang menjadi kehendak Tuhan untuk
disampaikan kepada umatNya, bukan berkata-kata menurut kehendaknya sendiri,
atau berkata-kata demi allah lain, menyembah berhala. Sebab jika terjadi
demikian, maka nabi tersebut harus mati.
Nubuat Tuhan yang
disampaikan melalui perantaraan nabi Musa ini mau menegaskan bahwa ada tradisi
kenabian di Israel. Sejak Tuhan mewahyukan diri kepada nabi Musa di gunung
Horeb, SabdaNya menentukan jalannya sejarah keselamatan bangsa tersebut dengan kewibawaan
Ilahi. Melalui nabi-nabiNya dan terutama melalui nabi baru yang akan dipilih
itu, Tuhan mewahyukan diriNya, sehingga umat pun mengenal kehendakNya.
Para nabi di dalam
Perjanjian Lama adalah orang-orang yang secara unik dipanggil oleh Allah dan
diberikan pengetahuan supranatural, sehingga mampu mendengar suara Tuhan dalam
rupa berita atau perintah untuk disampaikan kepada umat Israel. Para nabi berbicara
dengan otoritas Ilahi, karena Allah memanggil mereka untuk menjadi juru
bicaraNya.
Dalam sejarah kenabian
Perjanjian Lama ini, ada juga masalah yang kerapkali dijumpai oleh umat Israel,
yaitu adanya nabi palsu di tengah-tengah mereka. Nabi-nabi palsu ini adalah
orang-orang yang tidak menyampaikan firman Tuhan, melainkan sebaliknya mereka
menyampaikan impian-impian dan pendapat mereka sendiri. Oleh karena itu, dalam
bacaan pertama tadi, Tuhan mengingatkan dan mengecam nabi-nabi palsu tersebut,
bahwa dengan perilaku seperti itu mereka harus mati.
Misi kenabian dalam
Perjanjian Lama sebenarnya merupakan suatu upaya bagaimana mereka mengambil
bagian dalam karya keselamatan Allah dengan mengajar, yaitu menubuatkan atau
memaklumkan apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi umatNya. Sejarah kenabian yang
kita kenal itu kemudian berakhir dengan tampilnya Yohanes Pembaptis,
nabi terakhir dari Perjanjian Lama, yang mempersiapkan jalan bagi misi perutusan
Tuhan Yesus Kristus.
Umat beriman yang
terkasih dalam Kristus!
Kita juga perlu
mengetahui bahwa pekerjaan Tuhan Yesus dalam misi perutusanNya dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu pekerjaan sebagai nabi, pekerjaan sebagai imam, dan
pekerjaan sebagai raja. Secara khusus dalam bacaan Injil hari ini, kita
sebenarnya disuguhkan dengan kisah tentang pekerjaan Tuhan Yesus sebagai nabi.
Seorang nabi sebenarnya memiliki
beberapa peranan atau fungsi, yaitu:
-. Pertama, sebagai juru bicara Allah,
-. Kedua, bernubuat atau meramalkan peristiwa masa depan melalui wahyu
Ilahi, dan
-. Ketiga, beberapa orang nabi juga mengadakan penyembuhan dan mujizat.
Tuhan Yesus memenuhi
semua persyaratan untuk seorang nabi, baik itu dari segi gelar, perkataan dan
perbuatanNya. Dia adalah Nabi Tertinggi yang sebenarnya dinubuatkan
kedatanganNya dalam bacaan pertama tadi, karena Dia adalah Firman Allah
sendiri. Oleh karena itu, Tuhan Yesus dalam pekerjaan atau pelayananNya sebagai
nabi menyatakan dengan sempurna segenap kebenaran Allah yang mau disampaikan
kepada kita, yaitu tentang rencana penyelamatan manusia. Tuhan Yesus adalah
gambaran kesempurnaan seorang Nabi, yang selalu mengutamakan perkara Allah
Bapa, yaitu perintah dan kehendakNya yang harus terlaksana dalam hidup dan karyaNya
demi keselamatan manusia.
Bagi kita, pesan dari
bacaan pertama dan bacaan Injil hari ini, yaitu mau mengingatkan kita tentang
tugas kenabian Kristus yang menjadi bagian dari tugas kenabian kita juga. Kita
ingat, ketika dibaptis sebagai orang Katolik, kita sekalian diurapi dengan
minyak krisma, seperti Kristus diurapi oleh Roh Kudus menjadi Imam, Nabi dan
Raja. Oleh karena itu, apa yang menjadi bagian dari tugas perutusan Yesus,
adalah juga bagian dari tugas perutusan kita di tengan dunia ini.
Menjadi seorang nabi di
tengah dunia modern ini memang bukanlah hal yang mudah. Pertama-tama, seperti
diingatkan oleh St. Paulus dalam bacaan kedua tadi, bahwa kita masing-masing
terlebih dahulu harus memusatkan perhatian pada perkara Tuhan atau apa yang menjadi
kehendak atau perintah Tuhan yang harus terlaksana dalam hidup dan karya kita.
Apa pun itu status hidup kita: selibat atau berkeluarga, sebagai imam atau
awam, dalam berbagai pekerjaan yang kita lakukan, kita hendaknya mempergunakan
kebebasan kita untuk memilih melakukan apa yang benar dan baik, melayani Tuhan
tanpa kekuatiran dan gangguan. Sebab hanya dengan kesungguhan memusatkan
perhatian pada perkara Tuhan itulah kita bisa menjadi juru bicara Allah, bisa
bernubuat atau meramalkan peristiwa masa depan dengan pertolongan wahyu Ilahi,
dan juga kita bisa mengadakan penyembuhan atau melakukan mujizat dalam nama
Tuhan.
Keyakinan bahwa kita
juga bisa menjadi seorang nabi, hal itu sebenarnya sudah dibuktikan melalui
teladan hidup para kudus, santo-santa kita. Mereka juga sebenarnya hanyalah manusia
biasa seperti kita, yang memilih hidup selibat maupun berkeluarga, namun karena
mereka sungguh-sungguh memusatkan perhatiannya pada perkara Ilahi atau perkara Tuhan,
maka mereka pun bisa melakukan pekerjaan seorang nabi seperti yang sudah
disebutkan tadi.
Pada zaman now atau pada masa kini, contoh praktis yang bisa kita lakukan juga
sebagai seorang nabi dalam keseharian hidup kita di dalam keluarga, di dalam
masyarakat, di dalam paroki atau stasi atau lingkungan, maupun di dalam
kehidupan bernegara, adalah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan
keadilan. Kita belajar dari Tuhan Yesus, yang dengan tugas kenabianNya berani
menentang segala praktik ketidakbenaran dan ketidakadilan yang merasuki umat
Israel pada masanya. Itulah roh jahat yang sebenarnya merasuki manusia pada zaman kita juga. Roh jahat itu menjelma dalam pelbagai praktik pelecehan
nilai-nilai kemanusiaan: korupsi, kolusi, nepotisme, perkelahian suami-isteri,
perselingkuhan, pemerkosan, kemalasan beribadah, acuh tak acuh terhadap kebutuhan
bersama, dan masih banyak lagi contoh yang bisa disebutkan. Semuanya itu adalah
tindakan pengingkaran terhadap nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Kita sebagai orang
Katolik, yang sudah dibaptis untuk mengambil bagian dalam tugas Kenabian
Kristus, kita sendiri pertama-tama diminta untuk menghindari praktik-praktik
ketidakbenaran dan ketidakadilan itu di dalam hidup kita, dan kita juga
dituntut untuk berani menentang praktik-praktik ketidakbenaran dan
ketidakadilan itu bila terjadi di lingkungan sekitar kita. Bagi para pejuang
kebenaran dan keadilan, suara kenabian atau suara profetiknya adalah suara
Tuhan. Jangan takut untuk mengusir roh-roh jahat itu di dalam hidup kita dan di dalam
lingkungan sekitar kita.
Tuhan
beserta kita, Tuhan memberkati kita!